Assalamualaikum Sister, apa kabar? Sebenarnya
kami ingin mengirim surat ini besok. Namun, karena berbagai alasan kami
mengirimnya hari ini, satu hari sebelum kau lahir 18 tahun yang lalu. Surat ini
adalah kado kecil dari kami. Walau bagaimanapun, kami berharap semoga surat ini
bisa mengobati sedikit rindu di antara kita.
Alhamdulillah, 18 tahun lalu kau dititipkan
Allah pada keluarga kita untuk menjadi saudaraku, lebih tepatnya sebagai adik. Suatu
nikmat yang luar biasa karena hingga detik ini Allah masih memberikan kita
kesempatan untuk menjadi bagian dari keluarga walaupun kita selalu tinggal
berlainan kota. Awal mulanya, kita tumbuh bersama dengan hubungan yang tidak
begitu damai. Sebagai anak kecil,
wajar saja kita terlalu sering bertengkar dan saling menyakiti. Karena waktu,
akhirnya kita memahami betapa hubungan baik sungguh sangat berharga.
Selamat hari lahir, Sister. Lucu rasanya
membayangkan kita berbicara menggunakan sapaan kau, -mu, aku, atau –ku karena memang kita terbiasa dengan sapaan lebay jaman sekarang, lu dan
gua. Tapi, aku terpaksa
menggunakannya agar surat ini menjadi sedikit lebih indah.
Tanpa terasa, 18 tahun sudah kau ada. Umur yang
tak lagi remaja. Banyak hal kau lalui hingga usiamu saat ini. Bahagia, sedih,
kecewa, marah, atau sewaktu-waktu merasa tak puas dengan apa yang telah
diberikan Allah adalah hal biasa. Bagaimanapun, dirimu adalah manusia biasa. Sebagai
saudara, aku berharap dirimu tetap menjadi kau yang apa adanya, dimanapun
dirimu berada. Tidak perlu berubah kecuali untuk kebaikan. Jika berubah hanya
karena ingin dinilai berbeda oleh manusia lain, suatu saat kau akan merasakan
penyesalan mendalam. Sederhananya, tidak perlu bersusah-susah jika ingin
dilihat oleh orang di sekitar. Cukup lakukan yang terbaik sesuai dengan nurani dan
passion, pada akhirnya mata mereka
dengan sendirinya akan melihatmu.
Selama 18 tahun diberi kesempatan melihat dunia
yang penuh godaan, kesempatan yang luar biasa besar diberikan Allah padamu. Mungkin,
kau tak pernah bayangkan akan memiliki kesempatan berjalan hingga ke ujung
barat Indonesia. Bagi kita, yang terlahir dari keluarga biasa saja, rasanya
mustahil memiliki mimpi untuk bisa menikmati budaya lain di Indonesia. Waktu
kecil kau tak pernah bermimpi untuk bisa berjalan sejauh ini. Bagaimana mungkin,
dirimu yang sekalipun tak pernah melihat ibu kota provinsi dimana kita lahir
memiliki kesempatan menuntut ilmu di kota yang menjadi bagian dari daftar
tempat yang ingin kau kunjungi. Membayangkan biayanya saja kita tidak sanggup. Ternyata,
Allah sungguh baik pada keluarga kita. Satu persatu mimpi kita menjadi nyata. Tetaplah
bersyukur dengan setiap keadaan yang ada. Jika suatu saat, kau lelah dan mulai
ingin mengeluh, ingatlah rahasia Allah luar biasa. Ada hikmah tersembunyi dalam
setiap kebahagiaan dan kesedihan yang kita rasa, jangan pernah berputus asa dan
tetaplah bersyukur dengan segalanya.
Dalam 18 tahun hidupmu, banyak hal yang kau
ambil dari Negara. Bukan bermaksud mengguruimu dengan sok bernasinalisme, ini
lebih kepada mengingatkan diri sendiri. Ada banyak hal yang kita peroleh karena
kemurahan hati orang lain. Ada banyak hal yang kita dapat dari Negara. Secara
tidak langsung, ada banyak jasa orang lain dalam setiap kesempatan yang kita
miliki. Mungkin, kita tidak pernah bisa mengembalikan apa yang telah kita
ambil. Namun, ingatlah untuk selalu melakukan yang terbaik semaksimal yang kita
mampu. Semoga Allah mengijinkan kita untuk bisa berbuat kebaikan pada anak-anak
bangsa ini kelak, beberapa tahun mendatang dengan ilmu yang kita miliki.
Delapan belas tahun yang lalu, kau dilahirkan
di sebuah desa yang hingga detik ini tak akan bisa kau temukan namanya di peta
manapun. Tentu saja kita merasa sedih. Kemanapun kita pergi, dimanapun kita
tinggal, dan bagaimanapun cara kita ingin mengingkari, tetap saja itu akan
menjadi tanah kelahiran kita. Memang bukan salah kita terlahir di daerah dengan
sumber daya minimalis, tak pernah sekalipun menjadi sorotan, serba kekurangan
hingga orang tua kita pun mengirim kita keluar agar bisa berkembang. Bukan pula
salah para leluhur kita yang tak menjadi pesohor negeri ini hingga daerah kita
luput dari sorotan, namun ini juga bukan takdir yang bisa kita ubah dengan
mudah. Kita hanyalah dua anak kemarin sore yang belajar menjadi lebih baik. Setidaknya,
kita punya niat yang tulus, usaha yang maksimal untuk mengubahnya di masa
mendatang. Kita sendiri juga tidak tahu kapan hal ini akan terjadi. Setidaknya,
kita punya niat untuk kembali setelah pergi.
Sungguh, isi surat yang berbeda dari ucapan
selamat ulang tahunmu yang terdahulu. Karena usia 18 tahun adalah awal kita
dianggap dewasa, aku berharap kau menjadi lebih baik lagi, bukan semata-mata
untuk kepentingan diri sendiri. Kita adalah bagian dari khalifah Allah di muka bumi. Apapun yang kita lakukan, nanti akan
kita pertanggung jawabkan kembali di hadapan Sang Pencipta.
Selamat ulang tahun untuk esok hari. Titipan
salam dari adek. Saat ini, adek lagi melewati ujian mid semester hingga ia tak
sempat meluangkan waktu menulis surat untukmu. Sepertinya adek juga gemar
menulis. Sempat beberapa kali aku melihatnya menulis cerita. Karena dia masih
anak-anak, tentu saja dia sering berbicara khayalan. Jujur, terkadang aku
merasa bosan mendengarnya. Namun, dia luar biasa gigih dalam bercerita. Mungkin
dia hanya ingin bercerita tanpa peduli didengarkan. Beberapa kali aku bertanya
mengenai cita-citanya. Dia selalu bilang ingin menjadi detektif. Baginya,
pekerjaan detektif sungguh menarik. Dia menyukai segala sesuatu yang
berhubungan dengan misteri. Mungkin karena dia masih anak-anak. Lagipula
cita-cita itu dinamis. Sama halnya dengan kita. Waktu kecil, tak pernah
sekalipun kita bercita-cita seperti sekarang ini. Namun, waktu dan kesempatan
yang menentukan.
Salam,
Saudaramu
3 komentar:
Surat yang indah, adik kembar...
Di usia yg sekarang sudah sampai pada pemahaman yg demikian...itu kereennnn..
Btw, ultah nya satu hari lebih lambat dari ultahku...xixixi
Tak sanggup Saya membacanya sampai akhir. :'( :D
Iya kakak kembar....
Maaf yach kakak,ndak ngucapin,padahal kita hampir tiap hari satu atap....
Maklum lah kak,patang2 tu susah pakai internet
Posting Komentar