Selasa, 29 September 2015

SURAT BUAT KAKAK

Assalamualaikum Sister, apa kabar? Sebenarnya kami ingin mengirim surat ini besok. Namun, karena berbagai alasan kami mengirimnya hari ini, satu hari sebelum kau lahir 18 tahun yang lalu. Surat ini adalah kado kecil dari kami. Walau bagaimanapun, kami berharap semoga surat ini bisa mengobati sedikit rindu di antara kita.

Alhamdulillah, 18 tahun lalu kau dititipkan Allah pada keluarga kita untuk menjadi saudaraku, lebih tepatnya sebagai adik. Suatu nikmat yang luar biasa karena hingga detik ini Allah masih memberikan kita kesempatan untuk menjadi bagian dari keluarga walaupun kita selalu tinggal berlainan kota. Awal mulanya, kita tumbuh bersama dengan hubungan yang tidak begitu damai. Sebagai anak kecil, wajar saja kita terlalu sering bertengkar dan saling menyakiti. Karena waktu, akhirnya kita memahami betapa hubungan baik sungguh sangat berharga.

Selamat hari lahir, Sister. Lucu rasanya membayangkan kita berbicara menggunakan sapaan kau, -mu, aku, atau –ku karena memang kita terbiasa dengan sapaan lebay jaman sekarang, lu dan gua. Tapi, aku terpaksa menggunakannya agar surat ini menjadi sedikit lebih indah.

Tanpa terasa, 18 tahun sudah kau ada. Umur yang tak lagi remaja. Banyak hal kau lalui hingga usiamu saat ini. Bahagia, sedih, kecewa, marah, atau sewaktu-waktu merasa tak puas dengan apa yang telah diberikan Allah adalah hal biasa. Bagaimanapun, dirimu adalah manusia biasa. Sebagai saudara, aku berharap dirimu tetap menjadi kau yang apa adanya, dimanapun dirimu berada. Tidak perlu berubah kecuali untuk kebaikan. Jika berubah hanya karena ingin dinilai berbeda oleh manusia lain, suatu saat kau akan merasakan penyesalan mendalam. Sederhananya, tidak perlu bersusah-susah jika ingin dilihat oleh orang di sekitar. Cukup lakukan yang terbaik sesuai dengan nurani dan passion, pada akhirnya mata mereka dengan sendirinya akan melihatmu.

Selama 18 tahun diberi kesempatan melihat dunia yang penuh godaan, kesempatan yang luar biasa besar diberikan Allah padamu. Mungkin, kau tak pernah bayangkan akan memiliki kesempatan berjalan hingga ke ujung barat Indonesia. Bagi kita, yang terlahir dari keluarga biasa saja, rasanya mustahil memiliki mimpi untuk bisa menikmati budaya lain di Indonesia. Waktu kecil kau tak pernah bermimpi untuk bisa berjalan sejauh ini. Bagaimana mungkin, dirimu yang sekalipun tak pernah melihat ibu kota provinsi dimana kita lahir memiliki kesempatan menuntut ilmu di kota yang menjadi bagian dari daftar tempat yang ingin kau kunjungi. Membayangkan biayanya saja kita tidak sanggup. Ternyata, Allah sungguh baik pada keluarga kita. Satu persatu mimpi kita menjadi nyata. Tetaplah bersyukur dengan setiap keadaan yang ada. Jika suatu saat, kau lelah dan mulai ingin mengeluh, ingatlah rahasia Allah luar biasa. Ada hikmah tersembunyi dalam setiap kebahagiaan dan kesedihan yang kita rasa, jangan pernah berputus asa dan tetaplah bersyukur dengan segalanya.

Dalam 18 tahun hidupmu, banyak hal yang kau ambil dari Negara. Bukan bermaksud mengguruimu dengan sok bernasinalisme, ini lebih kepada mengingatkan diri sendiri. Ada banyak hal yang kita peroleh karena kemurahan hati orang lain. Ada banyak hal yang kita dapat dari Negara. Secara tidak langsung, ada banyak jasa orang lain dalam setiap kesempatan yang kita miliki. Mungkin, kita tidak pernah bisa mengembalikan apa yang telah kita ambil. Namun, ingatlah untuk selalu melakukan yang terbaik semaksimal yang kita mampu. Semoga Allah mengijinkan kita untuk bisa berbuat kebaikan pada anak-anak bangsa ini kelak, beberapa tahun mendatang dengan ilmu yang kita miliki.

Delapan belas tahun yang lalu, kau dilahirkan di sebuah desa yang hingga detik ini tak akan bisa kau temukan namanya di peta manapun. Tentu saja kita merasa sedih. Kemanapun kita pergi, dimanapun kita tinggal, dan bagaimanapun cara kita ingin mengingkari, tetap saja itu akan menjadi tanah kelahiran kita. Memang bukan salah kita terlahir di daerah dengan sumber daya minimalis, tak pernah sekalipun menjadi sorotan, serba kekurangan hingga orang tua kita pun mengirim kita keluar agar bisa berkembang. Bukan pula salah para leluhur kita yang tak menjadi pesohor negeri ini hingga daerah kita luput dari sorotan, namun ini juga bukan takdir yang bisa kita ubah dengan mudah. Kita hanyalah dua anak kemarin sore yang belajar menjadi lebih baik. Setidaknya, kita punya niat yang tulus, usaha yang maksimal untuk mengubahnya di masa mendatang. Kita sendiri juga tidak tahu kapan hal ini akan terjadi. Setidaknya, kita punya niat untuk kembali setelah pergi.

Sungguh, isi surat yang berbeda dari ucapan selamat ulang tahunmu yang terdahulu. Karena usia 18 tahun adalah awal kita dianggap dewasa, aku berharap kau menjadi lebih baik lagi, bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri. Kita adalah bagian dari khalifah Allah di muka bumi. Apapun yang kita lakukan, nanti akan kita pertanggung jawabkan kembali di hadapan Sang Pencipta.  

Selamat ulang tahun untuk esok hari. Titipan salam dari adek. Saat ini, adek lagi melewati ujian mid semester hingga ia tak sempat meluangkan waktu menulis surat untukmu. Sepertinya adek juga gemar menulis. Sempat beberapa kali aku melihatnya menulis cerita. Karena dia masih anak-anak, tentu saja dia sering berbicara khayalan. Jujur, terkadang aku merasa bosan mendengarnya. Namun, dia luar biasa gigih dalam bercerita. Mungkin dia hanya ingin bercerita tanpa peduli didengarkan. Beberapa kali aku bertanya mengenai cita-citanya. Dia selalu bilang ingin menjadi detektif. Baginya, pekerjaan detektif sungguh menarik. Dia menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan misteri. Mungkin karena dia masih anak-anak. Lagipula cita-cita itu dinamis. Sama halnya dengan kita. Waktu kecil, tak pernah sekalipun kita bercita-cita seperti sekarang ini. Namun, waktu dan kesempatan yang menentukan.

Salam,

Saudaramu

3 komentar:

tribuwannatunggaDewi Jayawisnuwardhani mengatakan...

Surat yang indah, adik kembar...
Di usia yg sekarang sudah sampai pada pemahaman yg demikian...itu kereennnn..
Btw, ultah nya satu hari lebih lambat dari ultahku...xixixi

melda taspika mengatakan...

Tak sanggup Saya membacanya sampai akhir. :'( :D

melda taspika mengatakan...

Iya kakak kembar....
Maaf yach kakak,ndak ngucapin,padahal kita hampir tiap hari satu atap....
Maklum lah kak,patang2 tu susah pakai internet