Tampilkan postingan dengan label Komunitas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Komunitas. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 April 2019

KAMIL Mengajar : Bulan dari Ganesha, Sinar Kecil Untuk Pendidikan Indonesia

Bersama adik-adik di depan Panti Asuhan Mitra Muslim Bandung
Berbagi tidak melulu harus harta atau uang. Menyisihkan waktu untuk membantu orang lain juga sedekah yang bisa menjadi amal jariyah. Tidak semua orang mau dan mampu meluangkan waktu untuk mengajar anak-anak kurang beruntung yang tinggal di sudut Kota Bandung. Tapi tidak untuk kakak-kakak KAMIL Mengajar. Setiap akhir pekan, dari pagi hingga siang, kakak-kakak yang sebagian besar adalah mahasiswa Pascasarjana ITB ini meluangkan waktu untuk belajar dan mengajar adik-adik di Panti Asuhan Mitra Muslim Bandung. Bukan hanya berbagi pengetahuan dan membantu adik-adik yang kesulitan dalam belajar, kakak-kakak ini juga memotivasi adik-adik agar terus semangat untuk mengejar cita-cita. Selain itu, kakak-kakak ini juga menjadi fasilitator bagi mereka yang ingin menitipkan harta untuk membantu kebutuhan adik-adik. Mereka juga melakukan pegembangan soft skill dan kreativitas adik-adik dengan mengadakan kegiatan yang mendukung, seperti menulis dan wirausaha. Setiap akhir semester, kakak-kakak ini juga mengajak adik-adik melakukan wisata edukasi.

Pertama kali saya mengenal KAMIL Mengajar melalui teman organisasi. Awalnya, saya tidak tertarik karena khawatir berinteraksi dengan anak-anak nakal. Namun, rasa sungkan menolak ajakan teman memaksa saya untuk datang. Pagi Minggu pada Desember 2016, pertama kali saya menginjakkan kaki di panti asuhan yang terletak di belakang Taman Bukit Ligar ini. Dari ITB, butuh waktu sekitar satu jam perjalanan dengan angkutan umum untuk bisa mencapai tempat ini. Pelan tapi pasti, angkot yang kami tumpangi membelah jalan Cigadung yang berliku dan naik-turun. Pusing dan membuat mual. Saat sampai di tujuan, kami disambut oleh adik-adik yang ramah dan sopan. Saya merasa bersalah telah berprasangka buruk tentang mereka. Setelah disalami satu persatu, kami diajak masuk ke ruang belajar yang juga berfungsi sebagai mushala sekaligus ruang tamu. Sebuah bangunan yang sangat sederhana, kecil tapi menenangkan. Kami duduk dengan formasi persegi panjang, mengikuti bentuk ruangan.

Hari itu, saya ditugaskan mengajar fisika dan matematika. Karena terbatasnya jumlah kakak volunteer, satu kakak ditugaskan untuk mendampingi sedikitnya empat anak dengan mata pelajaran yang berbeda. Saat itu, saya merasa bahwa fasilitas pendidikan yang memadai hanya untuk orang-orang kaya. Mereka yang punya uang mampu mendatangkan guru les untuk membantu memahami pelajaran di sekolah. Tarif guru private yang tidak murah membuat mereka yang kekurangan materi hanya bisa pasrah. Sebelumnya, saya adalah guru private yang mengajar ke rumah-rumah. Saat bertemu adik-adik ini, saya merasa pendidikan sedikit tidak adil pada mereka. Benar bahwa mereka belajar pelajaran yang sama di sekolah. Tapi mereka tidak mampu berdiri di garis yang sama dengan teman-teman mereka yang memiliki kecukupan materi. Mereka dituntut untuk finish di titik yang sama, tapi beda posisi start. Mereka jauh berdiri di belakang, berjuang untuk mengejar ketertinggalan.

Sebelum Salat Dzuhur berjamaah, saya diajak untuk melihat ruang tidur adik-adik. Setelah lulus SD, saya terbiasa hidup jauh dari keluarga dan orang tua. Saya juga tidak berasal dari keluarga kaya, namun orang tua masih mampu memberikan saya fasilitas terbaik untuk pendidikan. Saat di asrama MTsN Padang Panjang, saya terbiasa hidup bersama. Hampir tidak ada privasi selain lemari pakaian yang bisa dikunci. Hampir enam puluh anak tinggal dalam satu ruangan dengan tempat tidur bertingkat. Namun, dibandingkan dengan asrama saya, ruangan adik-adik ini sangat sempit dan serba kekurangan. Setiap hari harus ikhlas berdesakan di tempat makan menikmati tahu-tempe-dan kerupuk yang digilir setiap hari. Jumlah kamar mandi yang tersedia juga sangat sedikit dibandingkan jumlah adik-adik. Tapi mereka bahagia dan bersyukur dengan apa yang mereka punya.

Sebelum pulang, saya berkesempatan untuk berbincang dengan Pak Hari. Cerita Pak Hari menginspirasi dan membuat saya ingin datang lagi. Pak Hari, istri, dan dua anaknya sudah mengabdikan diri untuk panti ini selama bertahun-tahun. Anak keduanya yang duduk di bangku kelas 3 SD lahir dan besar di panti ini. Pak Hari dan istrinya adalah orang tua untuk semua adik-adik. Dalam keterbatasan, Pak Hari tidak pernah mengeluh untuk merawat mereka. Tidak pernah sekalipun terlintas di pikirannya untuk pindah dan meninggalkan adik-adik. Pak Hari menceritakan perjuangannya bersama Pak Jojo mendirikan panti ini. Pak Jojo adalah dosen yang menyediakan waktu dan hartanya untuk membantu adik-adik agar bisa terus sekolah. Dengan bantuan teman-temannya, Pak Jojo berjuang memenuhi kebutuhan hampir 30 anak yang tinggal di panti ini. Tapi Pak Jojo selalu yakin, bahwa akan selalu ada orang baik yang Allah kirimkan untuk membantunya mendidik adik-adik. Istri Pak Hari tidak kalah hebat, setiap hari membimbing adik-adik membersihkan panti dan memasak untuk semua orang.

Saat berbicara dengan Pak Hari, saya melihat daftar piket dan menu harian yang ditempel di dinding. Adik-adik di sini diajarkan untuk mandiri. Saya merasa sangat tidak bersyukur dengan rejeki yang Allah berikan. Setiap hari, adik-adik ini hanya makan tahu atau tempe yang dihidangkan dengan kerupuk. Saya bertanya pada Pak Hari untuk mengkonfirmasi pemahaman saya tentang apa yang ditempel di dinding.

"Maaf Pak, ini menu makan adik-adik?"
"Iya Mba. Baru mampu membelikan tahu, tempe, dan kerupuk. Kadang-kadang ada ikan asin. Ini Pak Hari baru pulang belanja. Untuk kebutuhan makan anak-anak selama sepekan. Biasanya anak-anak makan ayam, daging, atau ikan jika ada yang datang membawa makanan. Atau saat ada yang mengundang mereka ke acara syukuran atau kondangan. Anak-anak senang jika ada yang mengajak makan di luar. Biasanya banyak saat Ramadhan." Pak Hari menunjuk bahan makanan yang disimpan di sudut ruangan.
"Hm, yang masak untuk mereka siapa Pak?"
"Anak-anak, ini jadwal piketnya. Pagi dan sore setelah pulang sekolah, dibantu oleh istri saya. Mereka juga ikut bersih-bersih."

Saya hanya diam. Saat di asrama, saya dan teman-teman tidak diberikan tanggung jawab untuk memasak. Hanya ada jadwal piket untuk menjemput makanan ke dapur umum lalu mengantarkan kembali wadahnya setelah selesai makan. Begitu saja kami sudah mengeluh. Menu makanan berganti setiap waktu makan, berbeda setiap hari. Semua hidangan sudah disesuaikan dengan kebutuhan gizi. Ayam, ikan, daging, telur, sayur, buah dan yang lainnya digilir agar kami tidak bosan. Tapi kami masih mengeluh, menolak makan dengan alasan masakan yang tidak enak. Tidak sedikit makanan dibuang ke tempat sampah. Atau dikembalikan ke dapur dalam jumlah berlimpah. Soal syukur, saya merasa kerdil dibandingkan adik-adik di sini.

Akhirnya, hampir setiap pekan saya datang. Bukan hanya untuk mengajar, tapi juga belajar dari adik-adik agar bisa bersyukur atas hidup yang Allah berikan. Datang ke Mitra Muslim menjadi obat tersendiri dalam mengatasi setiap permasalahan. Sejak rutin mengunjungi mereka setiap akhir pekan, semua urusan saya Allah mudahkan untuk diselesaikan. Mulai dari studi, penelitian, hingga urusan pribadi. Bukan berarti akademik saya jadi sempurna, namun Allah ganti setiap kekurangan angka yang ada di transkrip dengan rejeki lain yang tidak pernah saya bayangkan. Saya yakin bahwa ini terjadi bukan karena saya orang baik, tapi karena saya dido'akan oleh mereka yang jauh lebih baik. Saat itu, status saya hanya sebagai volunteer yang banyak bercerita dibandingkan mengajar fisika. Hingga akhirnya, teman-teman yang lebih senior harus fokus pada studi dan menyerahkan KAMIL Mengajar pada kami yang masih awam.

Maret 2017, bersama dua orang teman dekat saya diamanahkan untuk menjadi nahkoda dalam pelayaran KAMIL Mengajar selanjutnya. Awalnya, saya pesimis harus mulai dari mana. Tidak punya banyak dana dan jumlah volunteer yang masih terbatas. Ditambah dengan urusan akademik yang makin rumit. Ingin rasanya menyerah dan hanya fokus pada kuliah. Tapi setiap kali datang ke Mitra Muslim, saya melihat adik-adik menyimpan banyak harapan, juga teman-teman volunteer yang selalu ada untuk diminta bantuan. Kita bisa saja memberikan harta untuk membantu mereka. Namun, akan jauh berbeda saat kita duduk bersama. Ada nilai dan pesan moral yang kita berikan pada adik-adik, bahwa kita dan mereka bisa sama-sama menjadi lebih baik. Dari sini, kami mulai berpikir agar KAMIL Mengajar bisa memberi lebih. Kami melakukan sosialisasi di dunia nyata hingga maya. Dari kelompok hingga personil. Dari pendekatan organisasi hingga pendekatan pribadi. Tujuannya hanya satu, menggandeng teman-teman agar mau bergerak bersama. Yang ada waktu, datang memberikan ilmu. Yang ada uang, berkontribusi memberikan barang. Yang bijak datang berbagi pengalaman. Yang senang bermain datang untuk menghibur. Yang jauh ikut menebar pesan. Yang terdahulu memberikan do'a dan bimbingan. Semua orang punya kontribusi yang bisa dilakukan. Akhirnya, Allah izinkan banyak hal terwujud. Lebih dari yang kami harapkan. Setiap satu rupiah yang kami usahakan untuk kebutuhan adik-adik Mitra Muslim, Allah kirimkan jauh lebih banyak dari yang kami butuhkan.

Apa yang paling membahagiakan saat Allah mengizinkan kita membantu sesama? Uang yang kita berikan? Ilmu yang kita bagikan? Waktu yang kita luangkan? Atau makanan yang kita bawakan? Ternyata bukan itu. Ada hal yang lebih membahagiakan lagi, saat adik-adik ini juga tergerak untuk membantu orang lain. Kebaikan yang berkembang biak akan tumbuh dan membesar.

"Nanti, jika sudah besar, saya juga ingin seperti kakak-kakak KAMIL Mengajar. Datang ke panti asuhan, membantu adik-adik yang kesulitan dengan pelajaran. Teman-teman kami di sekolah mampu mendatangkan guru les saat mereka kesulitan dalam belajar. Kata Pak Jojo, kami hanya perlu berdo'a agar Allah mengirimkan orang-orang baik yang mau membantu kami. Kakak-kakak adalah orang baik yang diutus Allah." 

Salah satu kesan yang adik-adik sampaikan saat saya berkunjung ke kamar mereka. Saya terharu, tidak menyangka bahwa kunjungan saya bersama teman-teman yang saya anggap sebagai liburan begitu bermakna bagi mereka. Mendengar ucapan mereka, semua lelah menguap. Terbang bersama gelak-tawa teman-teman yang bercanda di ruang depan. Benar kata orang bijak, bahagia itu sederhana. Saat kita mampu mensyukuri semua yang kita miliki, dan tidak khawatir untuk berbagi. Kata adik-adik Mitra Muslim, kakak-kakak KAMIL Mengajar adalah matahari. Tapi menurut kami, adik-adik inilah matahari. Kami hanya bulan yang berjalan dari Ganesha ke Bukit Ligar setiap akhir pekan. Kami hanya memantulkan sinar baik yang adik-adik Mitra Muslim pancarkan. Sinar kecil yang akan menerangi Indonesia di masa depan.

Hari ini, lebih satu tahun saya tidak lagi aktif dalam kegiatan KAMIL Mengajar. Namun, KAMIL Mengajar sudah mendidik saya untuk #JanganTakutBerbagi. KAMIL Mengajar hari ini jauh lebih baik dari sebelumnya, dan saya berharap KAMIL Mengajar bisa menjadi lebih baik lagi. Seperti bulan yang terus berganti fase, KAMIL Mengajar tentu akan timbul dan tenggelam karena keterbatasan manusia yang mengelolanya. Ibarat roda yang terus berputar, ini sudah menjadi hukum alam. Namun, sinar KAMIL Mengajar tidak akan hilang. Hanya saja, ada saatnya purnama bersinar terang, ada saatnya sabit datang menggantikan. Hanya butuh waktu dan sabar untuk setiap pergantian. KAMIL Mengajar hanya satu dari banyak pilihan untuk berbagi. Ada banyak lembaga, komunitas, dan organisasi lain yang bisa menjadi pilihan. Salah satunya adalah Dompet Dhuafa. Kita bisa menyalurkan harta melalui donasi.dompetdhuafa.org atau www.dompetdhuafa.org Jangan takut berbagi karena berbagi bukan untuk mengurangi apa yang kita miliki, tapi membuat berkah dan menjadikannya bertambah. Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa.

*Salam rindu dari saya untuk semua teman-teman yang dulu dan sekarang ada di KAMIL Mengajar. Terimakasih untuk semua kenangan dan kesempatan. Mohon maaf untuk semua kesalahan dan kekurangan. Tanpa kalian, KAMIL Mengajar hanya nama yang tidak ada wujudnya. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang teman-teman berikan.

Serpong, Jumat yang cerah di Bulan Kartini

Jumat, 02 Juni 2017

Pelangi di Ujung Senja

Warna-warni dalam kesederhanaan
Hari Lahirnya Pancasila, hari perayaan ideologi Indonesia. Pada hari yang sama, Keluarga Besar KAMIL Mengajar merengadakan Silaturrahmi dan Buka Bersama Adik-adik Panti Asuhan Mitra Muslim Bandung. Sebuah kebetulan yang luar biasa (setidaknya menurut aku pribadi). Selain melihat refleksi Pancasila dari sebuah aksi nyata, aku melihat banyak ketulusan dan kebaikan dalam kegiatan ini. Aku yakin, yang terkesan dan sempat terlena bukan hanya aku seorang diri. Tapi juga teman-teman yang sudah memberikan harta, meluangkan waktu, dan menyumbangkan peluh serta tenaga untuk adanya kegiatan ini. Dibandingkan mereka, aku tidak melakukan apa-apa (lebih sering memerintah sepertinya,hehe). Aky merasa beruntung mengakhiri lapar dan dahaga di hari ke-6 Ramadhan bersama mereka.

Karena yang boleh lelah hanya raga
Buat mereka yang turun tangan dari subuh hingga malam tiba, yang boleh lelah hanya raga-bukan jiwa. Dibalik suksesnya sebuah acara, ada mereka yang tidak tertangkap oleh kamera, yang berjuang dari subuh hingga lewat senja. Maaf jika aku tidak bisa mengingat semua nama yang terlibat. Untuk waktu yang terpakai, untuk lelah yang tidak mungkin bisa dibayar, dan untuk semua rasa kurang nyaman, maka tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali mengucapkan terimakasih untuk semua yang diberikan. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan teman-teman.

Menyiapkan ta'jil
Ada banyak cerita unik yang lahir dari persiapan yang serba mendesak. Rencana awal, ini adalah acara buka puasa bersama kecil-kecilan. Mungkin Tuhan tahu bahwa mereka yang ada (kakak-kakak volunteer), mampu melakukan lebih dari yang mereka pikirkan. Sebuah kebetulan yang istimewa, satu Juni bertepatan dengan syukuran kelulusan adik-adik Mitra Muslim Bandung. Peserta yang lebih banyak mengharuskan jumlah makanan juga harus lebih banyak. Allah tidak membiarkan ide-ide itu terwujud begitu saja tanpa ada hambatan dan rintangan. Hujan yang turun di waktu subuh menjadi ujian pertama buat kakak-kakak untuk berbelanja bahan ta'jil. Jauh sebelum perjalanan ini dimulai, tentu ada debat, adu argumen, dan upaya untuk menyamakan pandangan. Tidak semua memang, tapi ada orang-orang yang mengorbankan waktunya hanya untuk memastikan semua sudah berjalan sebagaimana mestinya.

Membuat sop buah
Buat aku sendiri, KAMIL Mengajar bukan hanya sebatas program kerja yang harus dilakukan karena kewajiban untuk melapor pada ketua. KAMIL Mengajar adalah ladang amal, ruang bertemu teman-teman baik, dan adik-adik yang selalu menginspirasiku untuk menjadi lebih baik. Tentu aku tidak bisa sendiri. Tanpa bantuan teman-teman, maka ide akan selamanya hanya menjadi ide, tanpa pernah terealisasi menjadi nyata. Menurut kacamataku, ada dua alasan mengapa orang memilih untuk tinggal : kepentingan atau rasa nyaman. Tentu aku berharap mereka semua adalah orang-orang yang memilih alasan kedua untuk bertahan. Maka dari itu, sebisa mungkin aku menciptakan ruang yang nyaman untuk membuat betah siapa saja yang datang. Pastinya, nyaman menurutku belum tentu nyaman menurut mereka. Dan aku hanya bisa membaca apa yang tertulis, hanya bisa mendengar apa yang diucapkan, dan hanya bisa melihat apa yang ada di depan mata. Karena aku tidak bisa membaca dan mendengar apa yang ada di dalam hati teman-teman, maka jangan sekali-sekali merasa sungkan untuk menyampaikan apa yang teman-teman pikirkan.

Gotong-royong
Dan langit mendung menyaksikan kebaikan yang teman-teman lakukan di atas bumi. Gerimis mulai turun saat teman-teman dan adik-adik mulai membagikan ta'jil untuk tetangga di sekitar. Rintik air tidak membendung, apalagi sampai membasuh niat teman-teman untuk berjalan. Hujan tetap menjadi hujan yang akan membuat basah siapa saja, tapi buat kita hujan adalah romansa yang memeluk canda, tawa, dan cerita. Sederhana, mengajarkan adik-adik tersebut untuk berbagi dan peduli. Mungkin esok, mereka akan berbuat lebih untuk orang lain dibandingkan apa yang sudah kita perbuat untuk mereka. Mereka juga banyak bercerita tentang tetangga sekitar, tentang apa saja. Adalah sebuah penghargaan saat mereka percaya untuk menyampaikan semua keluh-kesah kepada kita. Bagi mereka, kita adalah kakak-kakak yang bisa mereka miliki, layaknya kita yang menjadikan mereka adik-adik yang harus kita jaga. Memang, kita tidak lahir dari rahim yang sama. Tapi status muslim membuat kita menjadi saudara.

Pak Jojo, yang membuatku ingin melakukan banyak hal
Tidak mengapa langit senja tidak merah saga hingga kita tidak bisa melihat lembayung yang tenggelam di ufuk sana. Horizon tertutup awan dan hujan. Dengan hujan, mungkin Tuhan punya rencana untuk mengabulkan do'a-do'a kita lebih cepat dari yang kita kira. Menurutku, sedekah yang paling bermanfaat adalah do'a-do'a baik yang dipanjatkan dengan sukarela. Aku yakin, bukan hanya aku yang terharu dengan setiap kata yang disampaikan oleh Pak Jojo. Teman-teman juga merasakan hal yang sama. Sore itu adalah satu dari beberapa momen hidup yang paling berharga buat kita. Kita sama-sama tidak tahu entah kapan bisa kembali duduk bersama dan saling berbagi cerita. Maka apapun yang terjadi hari itu adalah sebuah kenangan yang sangat berharga. Bagian paling menyentuh buatku adalah momen duduk di samping orang tua Selly. Ramah dan sangat lembut, tangan hangatnya membuat dingin menguap begitu saja. Rasa terimakasih yang beliau sampaikan membuatku merindukan rumah dan orang tua. Mungkin sudah saatnya untuk pulang,anak rantau!

Bukan mereka yang terhibur, tapi kita
Lantai yang mulai basah tidak mengurangi rasa bahagia. Penampilan adik-adik membuat kita terpana. Sebelumnya ada banyak performance profesional dan berkelas yang kita lihat. Konser artis idola, pertunjukan oleh sanggar ternama, hingga panggung megah dengan lighting yang memanjakan mata. Namun semua itu tidak lebih indah dari hari ini. Tidak ada panggung, sound system seadanya, duduk berdesakan, tubuh lengket oleh keringat karena belum mandi,dan semua kesederhanaan yang ada membuat kita memiliki cerita istimewa. Hanya penampilan rabana, ceramah dari Mila, tiupan pianika Qeis dan Karan, lantunan ayat suci al-quran oleh Selly dan Yoga,serta beberapa kata dari adik-adik yang membuat kita merasa lebih bahagia. Mungkin, karena apa yang mereka tampilkan adalah kejujuran hingga kita merasa tidak dibohongi oleh kepalsan. Sebuah cara yang bisa kita tiru untuk mencoba menghibur orang lain.

Fans-nya Qeis yang gagal move on
KAMIL mengajar,
I hope you are in good health
I would like to say my grateful
Keep stunning and inspiring

KAMIL mengajar itu...
Tempat berbagi suka dan ceria
Belajar ikhlas dan menerima
Melihat mimpi dan harapan
Tempat sejenak melepas lelah dan beban
Tempat melihat sosok-sosok sederhana
Tempat berbagi ilmu dan pengalaman

Terimakasih untuk keceriaannya
Tetap semangat belajar, bercita-cita, dan berdo'a
Someday you will find that you are brighter and the star
Just be brave, sure you can!

Adik-adik yang kami cintai karena Allah
Kami selalu mendo'akan kalian
Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian
Tetaplah belajar, tetaplah selalu dekat dengan al-quran
Selalu jaga interaksi kalian dengan Allah
Karena bersama Allah, kalian bisa melakukan apapun

Terimakasih sudah memberiku ruang untuk berbagi
Terimakasih sudah menjadikan Minggu-ku berharga
Terimakasih sudah mengenalkanku dengan teman-teman hebat
Terimakasih sudah mengenalkanku dengan adik-adik yang tak kalah hebat

Kelak, ketika masa ini berlalu
Akan ada generasi yang terinspirasi untuk melakukan hal yang sama
Semoga Allah melindungi dan memberi inspirasi, serta niat baik di hati kita
Tetap semangat memberikan yang terbaik
Gusti Allah mboten sar'e!

-Gabungan pesan dan kesan kakak-kakak volunteer-

Halimah mewakili adik-adik membacakan pesan dan kesan untuk KAMIL mengajar
Tiada kata yang paling utama untuk diucapkan selain terimakasih untuk kepedulian kakak-kakak dan orang-orang baik yang telah menyenangkan kami. Terimakasih sudah membantu kami mewujudkan cita-cita kami. Terimakasih sudah rela mengorbankan waktunya untuk mengajari kami. Senang bisa mengenal kakak-kakak semua. Mohon maaf jika setiap hari Minggu kami suka telat, saat kakak-kakak datang kami belum siap-siap. Bukan karena tidak semangat, tapi karena Minggu kami dibolehkan untuk main HP sehingga suka lupa jam. Hari ini kami merasa sangat senang. Semoga KAMIL Mengajar selalu mengajar setiap Minggu dan terus-menerus. Semoga acara demi acaranya menjadi ibadah. Terimakasih untuk semua motivasi dan ilmu yang kakak-kakak berikan. Aku akan membuat masa depanku akan selalu bermanfaat untuk orang lain. Terimakasih untuk kebahagiaan ini. Terimakasih untuk semua yang kakak-kakak berikan kepada kami. Kakak-kakak memberi kekuatan dan energi. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kakak-kakak. Semoga cita-cita kakak tercapai. Semoga Allah membalas semua kebaikan kakak-kakak donatur!

Dan begitulah,pada sebuah senja di Ramadhan kali ini aku melihat pelangi. Hujan masih turun membabasahi bumi. Sesi makan malam kami ditemani gerimis. Salat berjamaah dan berdo'a. Lalu kembali menyelesaikan apa yang harus kita selesaikan. Dan semua seperti enggan untuk kembali. Begitulah rumah,saat kita merasa nyaman maka kita memilih untuk terus tinggal. Namun semua ada saatnya harus kita akhiri. Saat esok datang lagi,mungkin kita sedang sendiri dan butuh teman untuk berbagi. 

Terimakasih untuk semua kesabaran atas kerempongan selama ini. Semoga teman-teman tidak kapok untuk bergabung bersama kami!
*dokumentasi kegiatan bisa dilihat di akun Instagram KAMILmengajar

Minggu, 28 Mei 2017

Tentang Hujan, Tawa, dan Percakapan

I called them "HOME"
Dan mereka yang datang bukan orang-orang yang tidak memiliki kesibukan atau halangan. Hujan, bukan gerimis seperti yang dikatakan Mba Endang. Dari lantai empat Balubur Town Square (Baltos) terlihat kabut mulai turun. Tempias air menyelinap lewat jendela yang maju-mundur karena angin. Hujan deras mengguyur Bandung. Aku khawatir, takut jika kursi-kursi itu tetap kosong. Aku bisa memaklumi jika mereka membatalkan pertemuan. Tidak semua kejadian di dunia berada dalam kendali manusia. Aku dan mereka sama-sama tahu bahwa kita telah berusaha semampunya. Pramusaji kembali datang, memastikan jumlah kursi yang harus disediakan. Aku menjawab dengan jumlah maksimal. Optimis mereka akan datang. 

Bahagia itu sederhana : Saat apa yang kau tunggu satu-persatu mulai datang. Merekah senyum di balik rasa bersalah, hujan membuat mereka basah. Aku tahu ada dingin, namun tawa dan canda menghangatkan semuanya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki hati seluas samudera. Tidak protes saat diminta bantuan. Tidak mengeluh ketika disuruh. Tidak membantah ketika diminta tolong. Dan tidak menghilang ketika dibutuhkan. Ya, mereka adalah orang-orang sabar yang mengahadapi segalanya dengan tawa. Terimakasih sudah bertahan, berjalan seiringan, dan memahami kerasnya PIC KAMIL Mengajar. Aku berharap semua ini bukan hanya tentang aku dan kamu yang diikat oleh keterpaksaan, tapi kita yang sama-sama ingin mewujudkan banyak hal.

Good people guide you to be a good person
Kita adalah raga dengan jiwa dan hati yang penuh beban dan masalah. Aku dengan masalahku dan kamu dengan masalahmu. Dan ketika menjadi kita yang berada dalam ruang dan waktu yang sama, semua masalah seolah sirna. Tidak mengapa jika kita bersandiwara untuk menampilkan segalanya baik-baik saja. Mengeluh tidak akan menuju kata usai. Ada masanya, cukup kita dan Tuhan yang tahu segalanya. Kita bukan orang-orang hebat dan kuat, namun ketika bersama kita bisa membuat banyak hal menjadi sempurna. Terimakasih sudah menempatkan mimpi dan harapan orang lain dalam target yang ingin kita capai. Kita tidak tahu, sebuah percakapan kecil dan sedikit usaha untuk membahagiakan orang lain yang kita upayakan hari ini akan menuntun kita ke jalan dan hidup yang seperti apa. Setidaknya kita sudah mencoba semua yang kita bisa.

Kita butuh mereka untuk membuat hidup kita lebih bermakna
Untuk mereka yang tidak datang hari ini, aku tahu dan mengerti jika mereka bukan bermaksud untuk tidak peduli. Membantu bukan tentang berapa frekuensi kehadiran. Mereka punya cara dan upaya sendiri untuk ikut berpartisipasi. Terimakasih sudah peduli dengan kami dan adik-adik panti. Jangan sungkan atau bosan untuk memberi masukan, kritik, dan saran. Mohon maaf untuk semua kesalahan. Terimakasih untuk penerimaan yang telah dilakukan. Beginilah kami (aku lebih tepatnya), penuh kurang di setiap sisinya. Aku akan mencoba menjadi seperti yang diinginkan. Tapi aku yakin aku yang begini sebenarnya juga seperti yang teman-teman harapkan. Seperti biasa, percaya diri itu penting,haha...

*Terimakasih sudah memberiku cerita hari ini. Berkat kalian, aku punya bahan tulisan (bukan memanfaatkan lo ya!hehehehe)

#Ramadhaninspiratif
#Challenge
#Aksara


Sabtu, 27 Mei 2017

Sebuah Cerita Yang Tak Pernah Usai

"Malas adalah musuh seorang anak Adam"
Hari pertama Ramadhan 1438 H, aku memilih untuk melihat ke dalam diri. Bercermin pada apa yang aku alami selama enam bulan terakhir. Memetik pesan manis yang mungkin untuk ditulis. Selain ingin membersihkan laman blog pribadi yang sudah kusam oleh debu, aku ingin men-challenge diri untuk menulis sekelumit kisah hidup yang kualami. Bukan untuk menginspirasi, hanya untuk membuatnya abadi, terpatri selamanya di dalam hati.


Beberapa teman angkatan yang sempat mampir dalam potret bingkai kenangan

Lagi-lagi satu semester berubah menjadi kenangan. Begitulah hidup. Hari kemarin menjadi sejarah, dan esok masih misteri. Sedangkan kita sering hanyut oleh aliran masa lalu. Atau sibuk merangkai rencana untuk esok yang belum pasti. Sedangkan detik ini kita lewati tanpa memberi arti. Semua yang lalu akan berubah menjadi sejarah. Tidak perlu diratapi, disesali, atau mungkin ditangisi. Move On! Jika kita melihat dengan mata hati, ada banyak hikmah dari rangkaian kejadian yang kita alami. Sukses atau gagal hanya sebuah proses yang dikirim Tuhan untuk melihat sejauh mana manusia mampu untuk bertahan.

KAMIL ITB 2016 : tempat singgah saat lelah
Saat kau pergi meninggalkan rumah ibu-bapakmu, maka carilah rumah baru. Walau hanya rumah singgah, jangan sampai salah memilih rumah. Rumah adalah bangunan yang melindungimu dari terik kehidupan, yang menjagamu dan memberi rasa aman, yang menaungimu dari jahatnya dunia luar. Sebentar, hanya beberapa bulan. Tapi memberi kesan yang mendalam. Bertemu dengan teman-teman unik yang membawaku masuk dalam ruang kebaikan. Ternyata aku tidak pernah benar-benar sendirian. Ah, aku terharu. Sungguh Tuhan Maha Romantis telah mengirim kalian ke dalam hidupku.

Waktu bergulir dan aku harus pindah ke rumah lain
Sejak lama aku berangan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial. Bertahun-tahun semua itu hanya menjadi angan. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mereka yang memiliki satu tujuan : "Kita harus membahagiakan diri sendiri dan orang lain dengan berbagi sedikit kebaikan." Sebelumnya aku pikir menjadi baik itu gampang. Toh, semua orang akan senang. Kamu bukan melakukan sesuatu yang salah. Ternyata adalah sesuatu yang berbeda ketika sebuah mimpi menjadi nyata. Aku pikir saat aku belajar menjadi baik, seluruh semesta akan merestuinya. Ternyata bukan. Selalu ada kata-kata miring yang hadir untuk didengar. Selalu ada salah kaprah, kebaikan yang kita lakukan juga memungkinkan untuk menyakiti orang lain. Bahkan ada prasangka dengan diri sendiri, bahwa apa yang aku lakukan membawa dampak kerugian. Sampai kapanpun, setan tidak akan membiarkan kita merasa damai karena berbuat baik.

Dan mereka yang aku sebut sebagai teman, pada dasarnya lebih dari seorang saudara. Aku terbiasa hidup di perantauan. Pindah dari satu rumah ke rumah lain. Dan Tuhan selalu menyertai banyak teman-teman baik dalam setiap perpindahan yang aku lakukan. Suatu waktu aku merasa, mereka yang berada di sekelilingku adalah manusia pilihan yang sengaja dikirim Tuhan untuk menuntunku dalam menemukan jalan hidup yang lebih baik di mata Tuhan. Aku terbiasa bercerita banyak hal karena aku percaya mereka yang mendengar adalah teman-teman baik yang akan menegurku ketika salah, yang akan mendukungku ketika benar. Mereka tidak membenarkan semua yang aku lakukan hanya karena ingin membuatku senang. Maka buatku, nikmat yang diberikan Allah bukan hanya rejeki yang halal, keluarga, kesehatan, ilmu yang bermanfaat, iman, dan taqwa saja. Teman baik yang membuatmu menjadi baik juga satu dari sejumlah nikmat Allah yang tidak bisa kau hitung. 

Dan ini adalah jendela dimana aku bisa melihat banyak kebaikan
Akhirnya aku memahami satu hal, mereka adalah jendela dimana aku bisa melihat banyak kebaikan. Saat aku marah, saat aku kesal, saat aku jengah, atau saat aku merasa muak karena segala sesuatu tidak berjalan sesuai yang aku inginkan. Maka di saat itu aku melihat mata-mata teduh yang membuat damai. Lalu aku akan sadar bahwa pemilik bayangan dalam bola itu tidak seharusnya mengeluh, apalagi sampai berhenti untuk berjuang. Aku harus bangkit bersama tangan-tangan hangat yang akan menuntunku berjalan ke arah tujuan. Ada banyak hal yang harus kita perjuangkan. Karena apapun yang kita lakukan mustahil bisa membuat senang semua orang, maka lakukan segala sesuatu yang membuatmu merasa damai. Terimakasih untuk mereka yang tidak bisa disebut nama. Kita masih memiliki banyak mimpi, maka tidak seharusnya kita berjalan seorang dari. Dan begitulah sebuah cerita, hingga kapanpun ia tak mengenal kata usai.

-Selamat menjalani ibadah puasa teman-teman-
 
#Ramadhaninspiratif
#Challenge
#Aksara


Sabtu, 01 Oktober 2016

Alam Takambang Jadi Guru

"Kelak, anak-cucuku harus mengenal alam sama baiknya dengan mengenal modernisasi"

Jalan menuju Kampung Bamboo
Angkot yang kami tumpangi merangkak naik melewati tanjakan di sepanjang jalan sempit menuju Kampung Bamboo. Foodcourt Surapati Core dan keramaian makin jauh tertinggal di belakang. Setelah beberapa kali bertanya pada penduduk yang memadati jalanan, kami sampai di tujuan. Hening, hamparan semak dan pohon dibalut gemerisik air sungai. Beberapa rumah dengan pintu tertutup masih terdapat di sisi jalan. Aku menghela napas panjang. Aroma khas dedaunan dan udara dingin melewati rongga hidung. Huh, sudah lama aku tidak menghirup udara tanpa polusi.
Dalam mendung oleh gerimis yang sedang turun, sejenak terasa hawa dingin mulai memelukku. Namun, hangat tawa karena canda bersama mereka memberi panas dalam rongga dada. Walau aku adalah satu-satunya peserta yang tidak memiliki garis keturunan minang, aku tidak merasa canggung dan berbeda sekalipun sebagian besar dari mereka baru pertama kali bertatap muka.

Landscape saat memasuki area outbound
Kami memasuki area outbound dengan ceria. Sejauh mata memandang adalah hijau yang membentang. Becek jalanan yang tertimpa hujan sejenak membuat lupa kalau aku lagi di kota. Sederhana dan tertata, kesan pertama saat memasuki area. Terdapat beberapa bangunan dengan halaman tempat bermain. Semua tampak bersih dan alami. Sebagian besar material bangunan berasal dari bambu dan kayu. Tidak luput, air sungai dibiarkan mengalir bagaimana adanya.

Meeting point
Salah satu sudut Kampung Bamboo
Mushola : dimanapun berada ingatlah Tuhanmu!
Lihat, kami larut dalam bahagia. Mungkin mereka sama sepertiku, merindukan masa kecil kami yang sederhana. Tanah, rumput, halaman, ayunan, jungkat-jungkit adalah mainan masa kecil jauh sebelum kita mengenal komputer , mall, dan gadget. Benar, kita adalah generasi 90-an yang suka nyemplung di got saat turun hujan, menangkap berudu di kali, bermain sampan dari batang pisang dalam parit atau genangan air di sekitar rumah, memanjat pohon dan mandi bersama teman di bawah kucuran air hujan. Saat tumbuh dewasa dan dibalut modernisasi, semua ini semakin jarang kita temui. Adik dan ponakan kita telah tenggelam oleh TV, laptop, dan smartphone. Mereka lebih suka sendiri, menikmati game sepanjang hari.

Bermain ayunan
Teman membuatmu bahagia bersama mereka
Sahabat, izinkan aku berbagi cerita
Kelak, mungkin alam membuat kita rindu karena jenuh dengan modernisasi yang semakin tidak terkendali. Teknologi membuat kita enggan untuk saling mengenal, semua menjadi serba individual. Bahkan kita tidak perlu repot untuk belanja ke pasar, semua bisa kita lakukan dari sudut kamar. Suatu hari nanti, kita rindu menapak-kan kaki di atas tanah karena bumi sudah penuh dengan beton dan semen. Modernisasi membuat kita angkuh dan tidak mengenal kata puas. Kita butuh alam yang mengingatkan kita pada keagungan Maha Kuasa. Alam mengajarkan kita banyak hal, karena dari sana kita berasal dan ke sana pula tempat kita nanti pulang. Kotor membuat kita rendah hati dan menghargai mereka yang hidup di pinggir kali.

Berpeganglah! Atau kau akan kehilangan arah
Aku akan dewasa dalam bahagia
Semua akan kudaki
Arus kecil saja aku takut, apalagi arus rumah tangga (peace, wati, haha)
Semangat! Kita bisa guys
Berani maju
Mari kita lewati semua ini bersama
Mungkin kita tidak saling mengenal satu sama lain. Satu hari adalah waktu yang sangat singkat untuk mengenal semua orang. Namun aku bahagia, engkau yang datang hari itu mau berbagi sedikit cerita untuk bersama. Memang aku tidak sempat menggenggam semua tangan dari jiwa yang datang hari itu, tapi kenangan telah memelukku dengan erat. Selamanya, 24 September 2016 telah mengisi sepotong jejak dalam hidupku yang singkat. Kelak ijinkan aku untuk kembali merangkulmu dengan erat. Sebagai manusia biasa mungkin aku lupa untuk bertegur sapa. Bukan karena angkuh dan sebagainya. Tapi ketahuilah bahwa aku benar-benar pelupa. Aku ingin merangkum semua kisah dan mengabadikannya dalam sepotong cerita. Tapi tetap saja, lensaku terbatas untuk bisa merekam semuanya. Dokumentasi terbaik adalah memori yang diciptakan Tuhan untuk kita saling mengingat cerita apa saja.

Aku tinggi, tapi Tuhan lebih tinggi
Walau tahu akan terjatuh,aku tetap akan naik
Tuntun aku ke jalan yang benar
Terimakasih untuk tidak membiarkanku jatuh 
Asam kandih, jaya!
Aku bahagia ada di antara mereka

Jumat, 26 Februari 2016

KELAS TERAKHIR : SELAMAT BERTEMU TEMAN

Perpisahan adalah hal yang pasti terjadi dalam setiap kehidupan. Jumat, 19 Februari 2016 adalah waktu terakhirku belajar di kelas PB (Pengayaan Bahasa) di ITB, program beasiswa LPDP. Delapan puluh satu hari telah berlalu. Ini kelas terakhirku bersama teman-teman dan guru-guru yang luar biasa. Kelas terakhir selalu mendatangkan perasaan bahagia sekaligus haru. Kelas terakhir adalah isyarat bahwa cerita ini perlahan tapi pasti akan terhenti.
Sepertinya semua kisah akan berakhir sama seperti sebelumnya. Kita lulus SD, SMP, melepas seragam putih abu-abu, lalu melempar toga bersama. Di masa itu kita berjanji bahwa kita akan selalu berbagi, komunikasi tiada henti. Apalagi saat ini, dunia sudah terlalu canggih hingga kita bisa menyapa teman dari mana saja. Whatsapp, line, wechat, dan sejenisnya tak mampu membuat kita terus bersama. Itu hanya janji saat kita merasa haru ketika harus pergi ke jalan masing-masing. Esoknya, kita mulai malas untuk saling bertanya kabar. Tak ada yang salah di antara kita, mungkin memang begitu seharusnya. Perbedaan ruang dan waktu membuat kita tak lagi punya perbincangan menarik seperti saat kita bersama. Grup komunikasi online kita masih ada, tapi tak bernyawa. Sesekali ia hidup saat ada yang ulang tahun atau sharing info satu sama lain. Lalu ia kembali mati karena tak ada yang menanggapi. Kita mendadak malas bicara, hanya menjawab seperlunya. Pemberian emoticon pun dihemat sebisanya. Aku berdo'a semoga hal ini tidak terjadi bersama kita.
Kelas terakhir mengingatkanku bagaimana pertemuan kita pertama kali. Formasi duduk yang sama, lingkaran. Aku selalu duduk di sudut, bagian depan kelas. Posisiku tepat di samping dispenser, benda paling populer di kelas kita. Kita pasti sama-sama mengerti mengapa dispenser dan tabung air itu selalu menarik perhatian kita. Tentu saja karena air gratis yang kita ambil dari sana, selain di Masjid Salman tentunya. 
Di posisi yang sama tiga bulan lalu, aku berjuang menghafal nama kalian satu persatu, lengkap dengan asal daerah masing-masing. Butuh waktu sekitar dua minggu untuk bisa memanggil kalian tanpa tertukar satu sama lain. Tentu saja kalian paham dengan sistem kerja memoriku. Aku tersesat di hari kedua kita belajar, aku lupa bagaimana diri sendiri saat perkenalan, terkadang aku lupa tempat meletakkan suatu barang lalu mengkambing hitamkan kalian sebagai peminjam. Hari ini, di kelas terakhir, aku ingat semua tentang kalian. Lengkap dengan kebiasaan unik masing-masing. 
Hari pertama pertemuan di kelas PB, aku sempat khawatir. Takut kita tidak bisa menjadi teman. Bayanganku salah besar. Kita menjadi dekat dalam beberapa hari. Perbedaan dialek dan tata bahasa membuat kita akrab begitu saja. Kita berbagi segalanya. Saling membelikan makanan, hunting kuliner dan shoping bersama, nonton bareng, liburan bareng, berbagi mimpi dan cerita masa lalu, diskusi apa saja (cinta, jodoh, sains, masalah pribadi, hingga hal-hal yang sama sekali tidak jelas esensialnya buat kita), saling bully satu sama lain, canda, tawa, dan ejekan membuat batas antara kita melebur dalam keakraban. 
Kelas terakhir membuat haru. Aku senang mengingat sebentar lagi kita pulang. Di lain sisi aku sedih, terlalu singkat bersama kalian. Kita terlanjur saling menyayangi satu sama lain. Tentu saja dalam konteks pertemanan. Selamat Bertemu Teman, tentunya di lain kesempatan. Semoga Allah kembali mempertemukan kita dalam kebaikan, amin. Terimakasih sudah menjadi salah satu mozaik hidupku. Karena kalian, ceritaku lebih indah.....

Bersama Ms. Vani (Belakang, enam dari kiri)
Kalian adalah bagian dari memori terindahku, teman (belakang-depan, kiri-kanan):
  • Asma (Depok) : rajin banget, suka jalan sendiri, ga banyak ngomong, pengetahuan agamanya luas banget (terutama ekonomi syariah)
  • Ika (Makasar) : pelupa, kalau sama kita childish banget, pengen nikah tapi belum kesampaian, pelupanya tingkat akut, suka ga bawa uang, menu favoritnya semua yang ber-mecin, ga suka sayur, musuh makanan sehat, penggemar junkfood, anak matematika yang susah KABUTAKU
  • Eka (Lombok) : pintar nyanyi, ga suka ribet pake jilbab, kalo makan nasi kuning ga pake bawang goreng, kalau udah sakit diam seribu bahasa di kelas, ahli LDR sepertinya
  • Ratih (Purbalingga) : tulisannya puitis dan bagus banget, punya banyak buku bagus, ngomongnya ekspresif, aku fans blog-mu Ratih
  • Melinda (Padang) : jahilnya kelewatan (suka memBULY), aware banget sama penampilannya, suka bergantung sama teman, belajarnya terstruktur, peduli banget sama dokumentasi
  • Ms. Vani : teacher kelas writing kita, sangat anggun dan cantik banget, sering nasehati kita tentang jodoh dan masa depan, maafkan kita Ms. yang sering malas dan nyari-nyari alasan buat bolos dari kelas
  • Kus (Jember) : rajin banget belajar, management uang kelas (dia bendahara kita), so wise  menyediakan permen sama tisu buat kelas, mentalnya berani banget buat keputusan untuk nikah (muda tapi dewasa), ceria, dan cerewet
  • Sri (Padang) : rempong, semangat, bakalan gaduh jika ga ikut belajar kelompok, kalo nanya rumit banget (soal nya dia detail orangnya)
  • Idah (Makasar) : pendiam, anggun, selalu ngalah, kalau belanja banyak banget (titipan orang katanya), wanita idaman Anggra (Pisss....)
  • Cintya (Banyuwangi) : the beautiful moon (jangan sampe ga pake THE katanya), syera, kerupuk mania, suka banget sama telur, suka cerita mantan sama kita, jiwa pemimpinnya tinggi banget, terus suka kepikiran sama tanggapan orang lain
  • Ade (Lombok) : punya dunia sendiri, kalau makan lama banget (soal nya sambil nelpn mulu sih), terjebak di Jurusan Bahasa Inggris dan ga bisa keluar lagi, diam tapi aktif organisasi
  • Mba Neni (Jember) : dewasa yang anggun dan cantik, atletis, bijaksana, ahlinya ta'aruf, listening nya jago banget, perhatian banget sama Jembernese yang lain (mengayomi)
  • Mentari (Bengkulu) : semangat banget kalo belajar, competitor dengan diri sendiri, suka debat sama sri, kalo beli hijab rempong banget, terkadang ia menyukai hal-hal yang tak kuduga (serial korea, novel asma nadia, fans berat Morgan Smash)
  • Mita (Magelang) : tempat curhat semua permasalahan kita, andalan buat nawar barang saat belanja, pembalap, mengayomi, baik banget, gagal diet, hati-hati ngomong sama dia (takut diinterogasi pertanyaan)
  • Mba Fitri (Jember) : pendiam, ikhlas banget orangnya, santai, tenang, suka kehilangan barang, ga bisa move on dari TV
  • Kennis (Jember) : suka nanya hal-hal di luar pikiran kita, suka keceplosan, bahasanya lucu, kalo ketawa cetar membahana, gagal move on, lagunya baper semua
  • Alim (Tuban) : tomboi, tempat nitip nasi uduk, dekat dengan Ratih, otak kiri-kanan nya seimbang, anak alam banget
  • Ma'ruf (Aceh) : dewasa, ga banyak ngomong, sekali ngomong langsung ngena, terkadang dia suka membuat kita terpingkal-pingkal, penunjuk arah yang benar saat kita udah gila, kalau lapar gemetaran 
  • Rozi (Lombok) : jago banget structure nya, ga pernah bosan makan nasi kuning (tiap hari nitip soalnya, naskun pake telor kecap bulat), sering nimbrung obrolan cewek saat istirahat siang di kelas, selalu ada buat ade dan eka 
  • Mas Dedi (Jember) : istri kedua mas Anca, jarang ngomong tapi lucu, so sweet banget sama kembarannya, british banget kalo ngomong, malu-malu jika diBULY, sepertinya dia mulai bisa memBULY 
  • Mas Anca (Sulawasi) : Bugis, tata bahasanya beda dari kita, ketua kelas yang sering diatur sama kita, selalu bareng sama mas Dedi  
  • Anggra (Makasar) : sering baper masalah nikah, vokalis band, artis di kelas kita, suka telat masuk kelas, suka kelaparan, istri impiannya kayak Idah, dokumenter kegiatan kita 
  • Fauzi (Makasar) : baik dan perhatian tapi sering egois, ngomong apa adanya, terkadang buat kita kesal karena sifat keras kepalanya, detail banget sama sesuatu (apalagi kebersihannya, partikel debu aja bisa kelihatan sama dia)