Kamis, 01 September 2016

Indonesia, Aku Pasti Mengabdi (Nostalgia PK-74, Rajawali Guinandra)

Selayang pandangku mengenai kelompok Jalak Bali (Kiri-kanan-belakang-depan : Kartika ketua angkatan yang luar biasa, Sekretaris dan ahli borang Namira, Zenia F. perancang wilayah dan kota yang teramat kece, Sofi yang jago main voli, Khoirunnisa yang rajin bikin ringkasan, Ravensky sang penari, Pak Kamil yang menginspirasi, Silfia Sahrin sekretaris kelompok yang ahli obat, Aku, Cesty pegawai pemerintahan yang eksis dan ceria, Tiffani yang punya banyak penggemar, Nabila yang suka kucing, Rahardian dokumenter banyak jasa yang sering ngilang, Michael ahli data yang sering foto tanpa ekspresi, Kadhung yang terpaksa jadi cool, Hagani arsitek yang lucu, Dede Amrillah ahli informasi geospasial yang sering membagikan sticker, Iqbal anak pesantren yang gaul, Gilvano dengan ilmu bumi yang suka ngobrol, Arif  yang suka solo travelling, Risman sang sesepuh JiBi yang ahli bidang konstruksi, Rio Mardo ketua kelompok kurang fokus dan dokter yang baik hati)  
Kembali pada Agustus yang penuh makna, 15-20 Agustus 2016. Sebuah cerita dengan Wisma Hijau, Cimanggis, Depok menjadi saksinya. Bersama kita raih harapan dan tujuan tuk bangkitkan Indonesia Jaya-lirik lagu angkatan ciptaan Bhirawa Praditya Bagaskara mengingatkanku akan romansa nyanyi bersama. Di bawah sinar bulan dengan alunan musik yang menggugah jiwa, kita bahagia bersama. Aku adalah pribadi yang tidak suka menyanyi. Namun, entah mengapa satu pekan PK menarikku dalam ruang bahagia bentuk lain-musik, lagu, dan goyang. Bukan pura-pura, tapi ikut larut dalam gelombang ceria.

Kebersamaan di salah satu sesi
Malam itu, Kandank Jurang Doank terasa syahdu-ditemani angin malam, gemerisik daun, dan nyanyian jangkrik yang terdengar samar. Walau aslinya aku adalah anak desa, modernisasi dan urbanisasi membuatku tidak pernah menikmati purnama di alam terbuka. Ini pertama kalinya, bersama teman-teman dari seluruh Indonesia. Walau tubuhku lengket oleh paduan keringat dan body lotion yang telah berubah menjadi daki, semangat untuk teriak sambil jingkrak-jingkrak tak kunjung pudar. Ini momen penting-sekali seumur hidup-mustahil untuk bisa diulang lagi.

Walau tubuh udah lengket, tetap ceria
Selama satu pekan, mandi dan tidur adalah dua kata sakral yang harus dipinggirkan. Adalah hal biasa, saat terlambat bangun lalu berpacu dengan waktu menuju aula tanpa sempat mencuci muka dan gosok gigi. Sungguh, PK membuatku keluar dari batas diri. Memakai rok yang sama selama beberapa hari karena kesalahan informasi dresscode adalah cobaan besar bagiku yang terbiasa serba bersih dan rapi. Namun, dari kondisi ini, aku belajar toleransi dan bersabar dengan diri sendiri. Ini adalah hal kecil dan sederhana dibandingkan dengan ketua kelompok dan ketua angkatan yang harus diturunkan karena kesalahan yang tidak pernah mereka lakukan.

Upacara 17 Agustus bersama Tim PK
Aku belajar ilmu ikhlas memimpin selama PK. Selama lebih satu bulan, pengurus angkatan (Mba Kartika, Mba Maya, Mas Adib) mengurus kepentingan 127 orang yang tidak mereka kenal tanpa imbalan apa-apa. Hanya ucapan terimakasih sebagai penghargaan atas dedikasi yang telah mereka lakukan. Saat mereka telah banyak berkorban (materi dan perasaan), mereka harus 'turun' karena kesalahan yang dilakukan orang lain. Andai Indonesia dipimpin oleh orang-orang dengan jiwa ikhlas seperti mereka, negara ini akan jauh lebih sejahtera. PK mengajarkanku esensi loyalitas tanpa batas. Pengabdian yang sesungguhnya, kinerja tulus dengan meletakkan ego demi kebaikan orang lain.
Akhirnya aku memahami bagaimana orang lain bekerja untuk diriku dan teman-teman awardee yang lain. LPDP adalah lembaga yang membuka mataku untuk tidak mengeluh dengan kendala apa saja. Lelahku tidak berarti apa-apa dibandingkan direktur, staf administratif, dan tim PK. Mereka yang menyerahkan sebagian besar waktu hidupnya untuk mengurus kepentingan orang lain. Semua yang mereka lakukan bukan untuk karir, uang, atau pujian, namun pengabdian untuk memperbaiki Indonesia.

Bahagis bisa belajar membuat mainan tradisional
Hello September, bulan yang menjadi saksi banyak awardee memasuki babak baru dalam hidupnya. Khususnya buat kami, RaGa-Rajawali Guinandra, yang beberapa pekan lalu larut dalam kebahagian PK. Tentu hari ini semangat yang kami peroleh dari mereka yang hadir menginspirasi masih menyala. Walau hari itu mata kami berat untuk dibuka (red : megantuk), namun matahati kami melihat banyak kebaikan datang untuk mewarnai mimpi yang akan kami wujudkan menjadi nyata. Wahai semesta, berbaiklah pada kami-sejumlah anak Indonesia- yang akan belajar demi nusa bangsa. Selama satu pekan PK langit menyaksikan semangat kebersamaan kami yang akan belajar demi Indonesia. Semoga kelak, langit kembali menyaksikan kebersamaan kami mengabdi pada Indonesia. Semoga kita adalah kepak sayap rajawali yang akan menaklukan dunia.

Menimba ilmu dari Pak Alwi
Terimakasih Pak Kamil, terimakasih tim PK, terimakasih LPDP sudah mempercayaiku menjadi bagian keluarga besar Rajawali Guinandra. Terimakasih untuk semua pemateri yang hadir-Habiburahman El-Shirazy, Direktur DKP LPDP : Pak Abdul Kahar, Alwi Abdurrahman Shihab, Prof. Asep Saefuddin, Mohamad Zaini Alif-ilmu dan pengalaman hidup mereka luar biasa. Penghargaan besar buat Dik Doank yang telah mengingatkan kembali diriku terhadap bentuk Burung Garuda, lebih lagi untuk musik dan lagu-lagunya yang membuatku terpana. Terakhir, untuk mereka yang menginspirasi dengan nama yang belum bisa aku ingat seutuhnya-sahabat RaGa. Kelompok elit yang mengajarkanku bahwa solid itu lebih dari sekedar utuh, duduk bersama, dan lengkapnya anggota-Jalak Bali-aku bahagia menjadi salah satu anggotanya.

JiBi : Jumpa pertama sebelum PK
JiBi dengan formasi beberapa anggota
JiBi : hari terakhir-masih kurang anggota
**belum sempat ngumpulin foto kegiatan yang ada di google drive

Tidak ada komentar: