Cerita kegagalan ini terus berlanjut. Proposal riset yang diajukan ke TORAY juga berakhir dengan penolakan. Dari dua ratus lebih usulan proposal, yang didanai hanya 14 judul penelitian. Persaingan seketat itu. Baru kusadari, mencari sponsor penelitian sesulit itu. Dulu tahunya hanya riset, melakukan eksperimen di Lab. Butuh apapun tinggal minta, tanpa peduli supervisor mencari dana seperti apa. Sudah begitu, eksperimen juga masih malas. Penyesalan memang selalu hadir belakangan. Andai dulu aku lebih rajin, barangkali cerita ini akan berbeda.
Akhir-akhir ini aku semakin terbiasa dengan penolakan. Untuk pertama kalinya manuscript artikelku rejected oleh jurnal. Rasanya nano-nano, ditolak ternyata sesakit itu. Tapi inilah hidup, bahagia tak selamanya dalam genggaman. Keinginan tak selalu bisa diwujudkan. Kadang sedih tak bisa dielakkan. Sikap terbaik adalah berdamai dengan keadaan, menerima ketentuan sambil terus melangkah ke depan. Hidup harus tetap dilanjutkan. Dunia tak berhenti berputar hanya karena kita menangis. Air mata akan kering, luka akan sembuh, dan harapan akan selalu ada bagi mereka yang mau mengusahakannya. Ayo semangat! Berjuang lagi untuk esok yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar