Minggu, 13 Mei 2018

Sekolah Pranikah Angkatan-33

Materi 1 : Ta'aruf

Oleh Ust. H. Drs. Ayi Rohidin

Sebelum menulis materi yang dipaparkan oleh Ust. (Ustadz) tadi siang, ada baiknya berkenalan dulu dengan Sekolah Pranikah (SPN) Masjid Salman. 

Apa itu SPN? 
SPN adalah Sekolah Pranikah yang difasilitasi oleh Bidang Dakwah Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB. SPN merupakan majelis ilmu yang disediakan buat mereka yang mau belajar ilmu pernikahan yang sesuai dengan Al-quran dan Al-hadits.

Mengapa ikut SPN?
Hm, ini yang penting diluruskan. Mengikuti SPN bukan karena ingin mendapat jodoh, tapi untuk belajar yang diniatkan karena ibadah kepada Allah. Pernikahan adalah ladang amal yang memiliki porsi separoh dari agama. Oleh sebab itu, butuh ilmu dan perjuangan untuk menjalaninya. Lebih jauh lagi, jadikan SPN sebagai ladang dakwah. Menyampaikan ilmunya kepada mereka yang tidak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar.

Seperti apa metode belajar di SPN?
Pemaparan materi dan diskusi. Materi disampaikan langsung oleh pakar bidangnya masing-masing.

Berapa biaya mengikuti SPN?
Cukup mahal untuk ukuran mahasiswa kelas menengah seperti saya, hehe. Makanya sebelum ikut SPN niatnya harus dibenarkan, belajar karena Allah. Bukan untuk mencari jodoh, bukan untuk pamer karena merasa sudah terakreditasi setelah mengikuti SPN. Karena jika niatnya adalah mencari jodoh, bakal nyesek di akhir jika jodohnya ga ketemu lewat SPN. Sayang banget duit Rp 500.000,- nya kalo hanya buat nyari jodoh. 

Apakah SPN hanya boleh untuk mereka yang belum menikah?
Tidak. Boleh juga diikuti oleh mereka yang sudah menikah karena ini adalah majelis ilmu untuk belajar dunia pernikahan yang sesuai dengan Al-quran dan Al-hadits.

Bagaimana dengan durasi belajar dan jumlah pertemuan SPN?
Ada 9 kali pertemuan selama 9 pekan dengan durasi belajar sekitar 2 jam tiap pekan. Jika berhalangan hadir pada jadwal yang ditentukan, peserta bisa ikut pada SPN angkatan berikutnya secara gratis.

OK, perkenalannya cukup sampai di sini. Saatnya menulis materi hari ini.

Ta'aruf artinya perkenalan. Dalam Al-quran surah Al-hujurat ayat 13 Allah berfirman : Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

Allah menyuruh manusia untuk saling mengenal. Namun ingat, ada kata 'takwa' setelah perintah untuk saling mengenal. Artinya adalah perkenalan yang dilakukan harus menunjang kepada ketakwaan. Dari sini bisa disimpulkan bahwa ta'aruf tidak boleh dilakukan sendirian untuk menjaga diri dari perbuatan dosa. Mintalah bantuan pada mereka yang bisa dipercaya dan memiliki pengalaman seperti murobbi (guru), orang tua, atau kerabat. Tapi ingat, ta'aruf hanya boleh dilakukan saat sudah mantap untuk menikah. Karena tujuan ta'aruf adalah pernikahan, bukan hanya sekedar saling kenal (pacaran, hubungan dekat tanpa status). 

Lalu bagaimana sikap kita saat menjalani ta'aruf? Ikhlas karena Allah. Tidak usah pundung saat ditolak. Tidak usah sungkan untuk menolak jika memang merasa tidak cocok. Dan yang terpenting, segala hal percakapan selama masa ta'aruf bisa dijaga untuk tidak dibeberkan jika seandainya proses ta'aruf yang dijalani tidak bisa dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Ta'aruf bukan untuk baper. Ta'aruf adalah pintu awal untuk memantapkan diri menuju pernikahan. Bukan berarti dengan adanya ta'aruf, semua hal tentang calon mempelai bisa diketahui selama proses ta'aruf. Maka dari itu, penting untuk meminta petunjuk kepada Allah sebelum mengambil keputusan menuju jenjang pernikahan. Istikharah, bukan untuk mendapat petunjuk lewat mimpi bahwa dia yang datang adalah calon pasangan hidup paling tepat. Istikharah untuk memantapkan hati, meminta perlindungan dari Allah atas apa-apa yang tidak kita ketahui.

Apa saja yang perlu diketahui selama ta'aruf?

  • Kepribadian yang dimiliki. Selain bertanya langsung kepada yang bersangkutan, bisa dengan melihat aktivitas harian atau bertanya kepada teman dan orang-orang di sekitar yang bersangkutan.
  • Integritas (tanggung jawab) dan rasa kasih-sayang. Jangan mendefenisikan kasih-sayang hanya untuk lawan jenis. Tapi juga untuk sesama. Perlakuannya kepada keluarga, teman, dan lingkungan. Empati dan simpatinya untuk mereka yang membutuhkan.
  • Jujur dan amanah (bisa dipercaya).
  • Visi dan misi. Sebaik-baiknya visi dan misi adalah rumah tangga untuk mendapat ridho Allah. Ada dua amalan yang senantiasa diganggu syaitan : salat dan pernikahan. Karena salat yang khusu' akan membuat semua amalan baik lainnya diterima oleh Allah. Sedangkan pernikahan yang diridhoi Allah akan menyempurnakan setengah dari agama. 
  • Orientasi. Jangan jadikan materi sebagai orientasi karena dengan begini pernikahan hanya akan dihargai karena materi yang dimiliki. Carilah pasangan yang hanya mau dihukum oleh Al-quran dan sunnah. Pernikahan yang memiliki dasar hukum selain Al-quran dan sunnah akan goyah. Apapun masalahnya, jika dasar penilaiannya adalah Al-quran dan sunnah maka semua masalah bisa diselesaikan dengan baik. Tidak ada pernikahan yang tidak memiliki masalah.
  • Tujuan pernikahan : untuk ibadah kepada Allah. Bukan karena hawa nafsu, bukan karena mengikuti teman, atau bukan hanya karena ingin memiliki pasangan. 
Secara ringkas proses menuju pernikahan adalah : (1) ta'aruf, (2) nadhor (dilihat), (3) istikharah, (4) khitbah, dan (5) nikah.

Yang membuat sulit pernikahan itu bukan agama, tapi budaya dan gengsi kita kepada manusia. Syarat nikah itu sederhana karena Allah tidak ingin mempersulit. Tapi properti-nya yang dibuat rumit. Hantaran, pesta, makanan, seserahan, resepsi, pakaian, dekorasi, cindera mata, dan make up yang membuat kita sulit. Maka menikahlah karena Allah untuk tujuan beribadah.

Jika begitu, mengapa masih belum menikah?

  • Belum ada yang cocok. Jika indikatornya kecocokan, maka sampai kapanpun tidak akan pernah ada yang persis sama dengan kriteria yang dituliskan. Kadang, kita membuat standar terlalu tinggi hingga siapapun yang datang mengajukan diri tidak akan sesuai dengan yang kita harapkan.
  • Pekerjaan belum mapan. Siapa yang berkuasa memberi rejeki? Allah, suami, istri, atau orang tua?
Maka dari itu, perbaiki indikator penilaian kita. Menikahlah hanya karena Allah untuk tujuan ibadah, bukan karena materi. Jika orientasi kita adalah materi, maka kita hanya akan dihargai dan disayangi hanya karena materi, bukan karena kepribadian atau perjuangan yang kita lakukan.

So, ayo perbaiki mindset dan niat kita menjalani kehidupan yang sangat singkat ini!

Dari Abu Hurairah Ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda, "Wanita dinikahi karena empat hal : karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Nikahilah wanita karena agamanya, niscaya kamu tidak akan menyesal." (HR Bukhari-Muslim)

Tidak ada komentar: