Materi 2 : Mengenal Karakter
Oleh Syafruddin Irfan, Psi
Kenali diri kita
sebelum mengenal orang lain
Sudahkah kita mengenal diri kita dengan baik? Apa kelebihan
kita? Apa kekurangan kita? Berapa banyak tahi lalat yang kita punya? Berapa
jumlah kancing baju yang kita pakai? Apakah kedua mata kita simetris? Lebih
panjang mana jempol kaki atau jari telunjuk kaki kita?
Bisakah kita menjawab
pertanyaan di atas dengan benar tanpa melihat atau menghitung? Jika belum,
berarti kita belum mengenal diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa mengenal
orang lain dengan baik jika kita tidak mengenal diri kita sendiri. Mungkin
jumlah tahi lalat atau kancing baju yang kita pakai tidak begitu penting. Tapi tidak dengan karakter atau kepribadian. Menikah
adalah ibadah dengan durasi waktu paling panjang. Oleh sebab itu, penting bagi
kita mengenal dan memahami karakter atau kepribadian pasangan yang kita pilih.
Sebelum membahas karakter atau kepribadian, penting untuk
mengetahui tujuan pernikahan :
- Kebutuhan biologis/hasrat seksual. Seks adalah sesuatu yang 'tabu' untuk diperbincangkan. Namun, karena alasan syariat seks adalah sesuatu yang harus dipelajari dengan benar sesuai tuntunan Al-quran dan Al-hadits karena seks setelah pernikahan bernilai ibadah. Mempelajari seks juga harus sesuai dengan syariat islam. Tidak dibenarkan membaca tulisan yang mengandung unsur pornografi atau menonton blue film untuk alasan belajar.
- Psikologis/ketergantungan emosi. Tujuan manusia diciptakan berpasang-pasangan adalah untuk melengkapi saling ketergantungan ini. Dalam hidup, kita memiliki orang tua, saudara, dan sahabat dekat. Namun, ada bagian dalam diri kita yang hanya bisa dilengkapi oleh pasangan.
- Sosiologis. Pengaruh dari lingkungan sekitar. Tekanan sosial dari teman atau keluarga besar : Kapan nih nikah?
- Ibadah. Ini adalah alasan utama yang ukurannya bukan dari 'manusia'. Saat membahas tema Mengenal Karakter, alasan ini menjadi alasan utama yang untuk sementara sedikit dikesampingkan. Ini penting karena saat kita mengatakan ingin memiliki pasangan yang baik, kita harus mendefenisikan baik yang seperti apa. Dan ini harus dimiliki oleh manusia yang akan kita pilih. Jangan sampai kita 'mengobral diri' karena tujuan yang tidak jelas.
Kepribadian adalah organisasi psiko-fisik yang berkembang
(unik dan dinamik) dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kepribadian
adalah gabungan IQ (intelegensi), EQ (emosi), dan konasi (gerakan). Kepribadian
seseorang dibentuk oleh keluarga (pola asuh), urutan kelahiran, budaya, dan
daerah asal.
Seorang anak akan mengalami imitasi (mencontoh siapa) dan
identifikasi (akan seperti siapa) dalam proses perkembangannya. Ini penting
karena anak akan meniru kepribadian mereka yang paling sering berinteraksi
dengan anak tersebut. Anak yang dibesarkan oleh pengasuh akan meniru kepribadian pengasuhnya. Maka anak yang diasuh
oleh ibunya akan mewarisi kepribadian milik ibunya. Maka, pikirkan betul resiko
ini sebelum menyerahkan anak untuk diasuh oleh pembantu. Begitu juga dengan anak laki-laki yang bersifat perempuan. Biasanya yang menjadi pemicu
adalah kepribadian ayah yang tidak bersahabat sehingga anak merasa tidak tertarik
pada ayahnya sehingga memilih untuk meniru ibunya yang feminim.
Urutan kelahiran penting karena keluarga adalah tempat
sosial pertama yang membentuk kepribadian seseorang. Anak sulung memiliki sikap
lebih bertanggung jawab, lebih hati-hati, lebih perhatian, keras kepala, dan
suka menyuruh-nyuruh. Anak tengah lebih fleksibel. Sedangkan anak bungsu
cenderung manja dan egois. Anak tunggal lebih sulit untuk diajak bekerja sama. Namun
tidak ada teori yang membenarkan bahwa pernikahan sesama anak sulung, tengah,
atau bungsu itu tidak baik. Saat kita menikah, kita harus siap bahwa pasangan
kita akan menjadi kakak, adik, teman, bahkan orang tua pada waktu yang berbeda.
Karakter tidak bisa dikalkulasikan berdasarkan urutan kelahiran. Karakter bisa
beradaptasi dengan lingkungan.
Budaya dan daerah juga penting karena mempengaruhi tata
bahasa kehidupan sehari-hari. Mereka yang tumbuh di daerah panas cenderung
memiliki semangat berlebih. Sedangkan mereka yang besar di daerah dingin
cenderung santai dan adem. Begitu
juga dengan suku yang akan mempengaruhi gaya bahasa. Jadi, penting untuk
mempertimbangkan suku dan budaya.
Kepribadian harus dikenal saat proses ta’aruf. Fisik juga
penting, tapi bukan yang paling penting karena fisik akan berubah seiring
dengan bertambahnya usia atau datangnya penyakit. Namun ingatlah, ta’aruf
adalah proses penilaian. Semua orang yang berada dalam proses penilaian akan
menampilkan sisi terbaik yang mereka punya. Setiap orang punya topeng saat tahu
sedang dinilai oleh orang lain. Jadi jangan langsung menyimpulkan bahwa
kepribadian yang terlihat saat ta’aruf adalah kepribadian yang sama dari
prilaku hidupnya sehari-hari. Jangan sampai overestimate
bahwa dia yang sedang kita pelajari kepribadiannya tidak memiliki sisi
buruk. Setiap manusia punya sisi buruk yang akan muncul saat mengalami
stres akibat tekanan hidup. Maka perlu untuk menyelaraskan karakter dengan
calon pasangan. Sulit untuk menemukan yang benar-benar matching dengan yang diinginkan. Oleh sebab itu, yang perlu
dilakukan adalah menyamakan tujuan pernikahan karena tujuan ini yang akan
menjadi guide, pemandu saat apa yang
kita harapkan sebelum pernikahan tidak sama dengan realita pascamenikah. Dan
tujuan menikah yang paling baik adalah ibadah karena Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar