Minggu, 20 Mei 2018

Sekolah Pranikah Angkatan-33


Materi 2 : Mengenal Karakter

Oleh Syafruddin Irfan, Psi

Kenali diri kita sebelum mengenal orang lain
Sudahkah kita mengenal diri kita dengan baik? Apa kelebihan kita? Apa kekurangan kita? Berapa banyak tahi lalat yang kita punya? Berapa jumlah kancing baju yang kita pakai? Apakah kedua mata kita simetris? Lebih panjang mana jempol kaki atau jari telunjuk kaki kita?
Bisakah kita menjawab pertanyaan di atas dengan benar tanpa melihat atau menghitung? Jika belum, berarti kita belum mengenal diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa mengenal orang lain dengan baik jika kita tidak mengenal diri kita sendiri. Mungkin jumlah tahi lalat atau kancing baju yang kita pakai tidak begitu penting. Tapi tidak dengan karakter atau kepribadian. Menikah adalah ibadah dengan durasi waktu paling panjang. Oleh sebab itu, penting bagi kita mengenal dan memahami karakter atau kepribadian pasangan yang kita pilih.

Sebelum membahas karakter atau kepribadian, penting untuk mengetahui tujuan pernikahan :
  • Kebutuhan biologis/hasrat seksual. Seks adalah sesuatu yang 'tabu' untuk diperbincangkan. Namun, karena alasan syariat seks adalah sesuatu yang harus dipelajari dengan benar sesuai tuntunan Al-quran dan Al-hadits karena seks setelah pernikahan bernilai ibadah. Mempelajari seks juga harus sesuai dengan syariat islam. Tidak dibenarkan membaca tulisan yang mengandung unsur pornografi atau menonton blue film untuk alasan belajar.
  • Psikologis/ketergantungan emosi. Tujuan manusia diciptakan berpasang-pasangan adalah untuk melengkapi saling ketergantungan ini. Dalam hidup, kita memiliki orang tua, saudara, dan sahabat dekat. Namun, ada bagian dalam diri kita yang hanya bisa dilengkapi oleh pasangan.
  • Sosiologis. Pengaruh dari lingkungan sekitar. Tekanan sosial dari teman atau keluarga besar : Kapan nih nikah?
  •  Ibadah. Ini adalah alasan utama yang ukurannya bukan dari 'manusia'. Saat membahas tema Mengenal Karakter, alasan ini menjadi alasan utama yang untuk sementara sedikit dikesampingkan. Ini penting karena saat kita mengatakan ingin memiliki pasangan yang baik, kita harus mendefenisikan baik yang seperti apa. Dan ini harus dimiliki oleh manusia yang akan kita pilih. Jangan sampai kita 'mengobral diri' karena tujuan yang tidak jelas. 

Kepribadian adalah organisasi psiko-fisik yang berkembang (unik dan dinamik) dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kepribadian adalah gabungan IQ (intelegensi), EQ (emosi), dan konasi (gerakan). Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga (pola asuh), urutan kelahiran, budaya, dan daerah asal.

Seorang anak akan mengalami imitasi (mencontoh siapa) dan identifikasi (akan seperti siapa) dalam proses perkembangannya. Ini penting karena anak akan meniru kepribadian mereka yang paling sering berinteraksi dengan anak tersebut. Anak yang dibesarkan oleh pengasuh akan meniru kepribadian pengasuhnya. Maka anak yang diasuh oleh ibunya akan mewarisi kepribadian milik ibunya. Maka, pikirkan betul resiko ini sebelum menyerahkan anak untuk diasuh oleh pembantu. Begitu juga dengan anak laki-laki yang bersifat perempuan. Biasanya yang menjadi pemicu adalah kepribadian ayah yang tidak bersahabat sehingga anak merasa tidak tertarik pada ayahnya sehingga memilih untuk meniru ibunya yang feminim.

Urutan kelahiran penting karena keluarga adalah tempat sosial pertama yang membentuk kepribadian seseorang. Anak sulung memiliki sikap lebih bertanggung jawab, lebih hati-hati, lebih perhatian, keras kepala, dan suka menyuruh-nyuruh. Anak tengah lebih fleksibel. Sedangkan anak bungsu cenderung manja dan egois. Anak tunggal lebih sulit untuk diajak bekerja sama. Namun tidak ada teori yang membenarkan bahwa pernikahan sesama anak sulung, tengah, atau bungsu itu tidak baik. Saat kita menikah, kita harus siap bahwa pasangan kita akan menjadi kakak, adik, teman, bahkan orang tua pada waktu yang berbeda. Karakter tidak bisa dikalkulasikan berdasarkan urutan kelahiran. Karakter bisa beradaptasi dengan lingkungan.

Budaya dan daerah juga penting karena mempengaruhi tata bahasa kehidupan sehari-hari. Mereka yang tumbuh di daerah panas cenderung memiliki semangat berlebih. Sedangkan mereka yang besar di daerah dingin cenderung santai dan adem. Begitu juga dengan suku yang akan mempengaruhi gaya bahasa. Jadi, penting untuk mempertimbangkan suku dan budaya.


Kepribadian harus dikenal saat proses ta’aruf. Fisik juga penting, tapi bukan yang paling penting karena fisik akan berubah seiring dengan bertambahnya usia atau datangnya penyakit. Namun ingatlah, ta’aruf adalah proses penilaian. Semua orang yang berada dalam proses penilaian akan menampilkan sisi terbaik yang mereka punya. Setiap orang punya topeng saat tahu sedang dinilai oleh orang lain. Jadi jangan langsung menyimpulkan bahwa kepribadian yang terlihat saat ta’aruf adalah kepribadian yang sama dari prilaku hidupnya sehari-hari. Jangan sampai overestimate bahwa dia yang sedang kita pelajari kepribadiannya tidak memiliki sisi buruk. Setiap manusia punya sisi buruk yang akan muncul saat mengalami stres akibat tekanan hidup. Maka perlu untuk menyelaraskan karakter dengan calon pasangan. Sulit untuk menemukan yang benar-benar matching dengan yang diinginkan. Oleh sebab itu, yang perlu dilakukan adalah menyamakan tujuan pernikahan karena tujuan ini yang akan menjadi guide, pemandu saat apa yang kita harapkan sebelum pernikahan tidak sama dengan realita pascamenikah. Dan tujuan menikah yang paling baik adalah ibadah karena Allah

Tidak ada komentar: