Senin, 28 Mei 2018

Sekolah Pranikah Angkatan-33


Materi 3 : Motivasi Menikah
Oleh Adriano Rusfi

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa) dari dirinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan peliharalah hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu (Al-qur'an, An-Nisa' : 1)

Setiap manusia pasti memiliki jodoh di dunia. So, ga ada alasan kalo ga menikah karena persepsi -jodohnya ga ada di dunia, di surga nanti- karena Allah sudah menjamin jodoh setiap manusia sebagaimana kalam-Nya dalam Surah Yasin ayat 36 : Mahasuci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. 

Maka, segerakanlah pernikahan. Karena jodoh adalah akumulasi dari usaha, do'a, dan iman kita kepada takdir Allah. Mari lihat penjelasannya lebih detail...

Mengapa harus menyegerakan pernikahan?

  • Saat idealisme masih menggelora. Secara psikologis, idealisme seseorang menurun dengan bertambahnya usia. Sebelum berusia 30 tahun, manusia punya banyak mimpi-mimpi dan idealisme. Ini akan memberi pengaruh pada anak-anak. Anak yang dididik dengan idealisme akan memiliki karakter yang berbeda dengan anak yang dididik dengan pragmatisme (nilai materi). Biasanya, anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang sudah berusia cenderung takut salah dalam berbuat, lalu memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh pasangan muda, anak-anak tumbuh lebih berani dalam berbuat dan siap menanggung resiko jika keputusan yang diambil adalah salah. Bekali anak dengan visi-misi, mimpi-mimpi, dan idealisme yang kita punya. Karena berubah itu capek, maka bekali anak yang siap menciptakan perubahan.
  • Education by achievement. Keluarga muda mendidik anak dengan achievement. Sedangkan keluarga tua didikannya lebih berorientasi kepada moral sehingga lahir anak-anak yang pasif karena takut salah dan memiliki pandangan jauhi dosa, perbanyak pahala sehingga cenderung takut dalam berbuat. Ini bertolak belakang dengan ajaran agama : amal ma'ruf nahimungkar (berbuat baik untuk mencegah keburukan). 
  • Nikah sebelum mapan. Wariskan jalan penderitaan kepada anak-anak agar mereka mengerti betapa ajaibnya pertolongan Allah.  
  • Life begin at fourty. Di usia 40 tahun, kepribadian mengalami kristalisasi. Harusnya, di titik ini semua urusan domestik sudah selesai. Saatnya kita fokus pada agama, umat, masyarakat, bangsa, dan negara. Susah bagi kita untuk memikirkan orang lain saat keluarga kita sendiri belum selesai. Anak-anak yang masih kecil, masih membutuhkan perhatian, sehingga membatasi aktivitas kita untuk masyarakat. 
  • Agar segera selesai kebutuhan akan dunia
  • Dunia membutuhkan kita. Pemikiran dan kontribusi kita dibutuhkan oleh orang lain selain keluarga kita.


Memahami konsep jodoh

  • Jodoh itu pasti ada karena Allah sudah menjaminnya dalam Al-quran.
  • Jodoh itu berbasis kecocokan. Kecocokan itu bisa berupa similarity, proximity, closeness, atau contrast
  • Jodoh itu kriteria. Namun ingat, hukum statistik pasti berlaku. Bertambahnya kriteria akan menurunkan peluang. Sampaikan saja kriteria yang kita inginkan kepada Allah. Tidak usah mempersulit dia yang berniat baik untuk datang. Biarkan Allah yang menolak jika memang dia yang datang bukan jodoh kita. Allah Mahatahu yang terbaik untuk hamba-Nya. Masalahnya seberapa yakin kita percaya dan ikhlas dengan keputusan Allah? Jika kita percaya jodoh, maka tidak seharusnya kita menuhankan kriteria. Karena kriteria adalah realistis, sedangkan jodoh berhubungan dengan iman kepada takdir. Cukupkan kriteria kita pada iman dan agama. Pada dasarnya suami yang baik adalah laki-laki yang bertanggung jawab, dan istri yang baik adalah perempuan yang taat. 
  • Jodoh itu bersifat match-group, bukan match-pair. Percayalah bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik. Maka, perbaiki diri jika menginginkan pasangan yang juga baik. Mereka yang berjodoh adalah mereka yang selevel, tapi yang levelnya berdasarkan pada total keseluruhan. Bukan berarti strata pendidikannya sama, kekayaannya sama, atau sifatnya sama. Taki akumulasi dari nilai positif dan negatif masing-masing orang, gabungan kelebihan dan kekurangan.
  • Jodoh itu diperjuangkan karena jodoh itu mahal, semahal nilai rumah tangga di mata Allah. Sebuah hadits qudsi menyebutkan : setan paling hebat dan paling dihormati adalah setan yang berhasil memisahkan dua orang yang sudah menikah. Dan ingatlah bahwa pernikahan itu tidak mudah.

Mencari jodoh :

  • Totalitas karena jodoh adalah barang mahal.
  • The highest priority. Rumah tangga adalah sendi kehidupan utama. Jangan jadikan properti pernikahan sebagai alasan bagi kita untuk belum menikah. Pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan lain-lain adalah apa-apa yang tidak boleh dijadikan alasan untuk menunda pernikahan.
  • Rendah hati : memangnya aku ini siapa? Jangan sampai kriteria-kriteria yang kita buat adalah ekspresi kesombongan kita kepada Allah. Tawadu', rendah hati. Yakinlah bahwa Allah akan memberikan pasangan yang sesuai dengan kualitas diri kita masing-masing.
  • Buka semua peluang. Percayalah, saat kita rendah hati Allah akan memberikan lebih dari yang kita harapkan. Jangan mengkotak-kotakkan manusia dengan nilai di mata manusia lain. Belum tentu, kriteria yang menurut kita sempurna adalah pasangan terbaik untuk hidup kita.
  • Manfaatkan semua jalur : keluarga, teman, atau guru-guru kita dalam mencari calon pasangan. Tunjuk seorang promotor dan fokus pada peningkatan diri.
Lalu bagaimana dengan setelah pernikahan?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah ikhlas, menerima pasangan yang diberikan Allah untuk kita dengan iman bahwa dia yang sekarang menjadi pasangan kita adalah manusia terbaik yang dikirim Allah untuk hidup kita. Setelah ijab-qabul terjadi, terima dengan ikhlas dan ridho dengan pilihan Allah. Nikah bukan kontrak sosial antara dua anak manusia, tapi karena kehendak Allah. Makanya, akad nikah itu past tense karena pernikahan sudah terjadi di langit dan hanya diulang di bumi. Apa yang telah disatukan oleh Allah, jangan gampang-gampangnya dipisahkan oleh manusia. Bagaimana dengan perceraian? Perceraian bukan masalah salah jodoh. Tidak ada konsep salah jodoh dalam agama. Setiap manusia belajar selama hidupnya. Setelah menikah juga demikian, manusia senantiasa belajar. Jika total nilai keseluruhan pasangan tidak selevel satu sama lain, maka pada kondisi ini Allah akan pisahkan karena pernikahan konsep dasarnya adalah yang selevel. Bisa jadi setelah pernikahan, proses pembelajaran masing-masing pribadi membuat mereka tidak lagi memiliki nilai total dengan level yang sama. Oleh sebab itu, pernikahan harus bisa membuat dua manusia menjadi lebih baik, bukan masing-masing manusia berlomba-lomba menjadi yang paling baik.


Tidak ada komentar: