Kamis, 02 Juli 2020

Antara MEXT dan LPDP, Lebih Baik Mana?

Camping LPDP Awardee ITB di Bukit Moko

Setelah bercerita pengalaman pribadi mendaftar Beasiswa MEXT di sini, datang pertanyaan dari teman-teman, Why do you prefer MEXT scholarship to LPDP scholarship? Sebelumnya, saya adalah penerima Beasiswa LPDP Program Magister Dalam Negeri (DN). Dari November 2015 hingga wisuda pada Juli 2018, saya menikmati fasilitas dan semua kemewahan yang diberikan oleh LPDP. Oleh sebab itu, pertanyaan 'Mengapa memilih MEXT' sulit untuk saya jawab. But, I have to give an explanation. Firstly, I wanna make 3 disclaimers : 1) Persyaratan LPDP yang saya maksud adalah panduan pendaftaran LPDP gelombang 2 tahun 2019 karena bisa jadi syarat pendaftaran LPDP berbeda untuk setiap periode; 2) Baik menurut saya, belum tentu baik menurut pembaca karena setiap kita punya peran berbeda; 3) Semua penjelasan yang saya berikan adalah personal insight.

Proses Pendaftaran
LPDP tidak membolehkan calon penerima beasiswa berstatus ongoing (sedang studi). Pelamar harus lulus beasiswa sebelum mulai perkuliahan. Di lain sisi, LPDP mengharuskan pelamar, khususnya untuk Program Doktor (S3), memiliki LoA Unconditional saat mendaftar beasiswa. Artinya, pelamar harus mendaftar ke kampus tujuan terlebih dahulu baru bisa mendaftar LPDP. Pelamar harus mengeluarkan modal untuk ITP, iBT, IELTS, TPA, GRE, dan biaya mendaftar ke perguruan tinggi. Khusus untuk biaya pendaftaran ini akan diganti (reimburse) oleh LPDP setelah pelamar dinyatakan lulus seleksi beasiswa. Bagaimana jika pelamar tidak lulus? Ikhlaskan atau lanjutkan kuliah dengan biaya sendiri.

Selain itu, kampus DN juga memiliki kebijakan yang kurang sejalan dengan kebijakan LPDP, misalnya soal defer (penundaan kuliah). Tidak banyak kampus DN yang membolehkan defer. Jika ada, calon mahasiswa diharuskan membayar sejumlah uang sebagai jaminan. Buat saya pribadi, ketentuan defer yang masih misteri adalah bagian paling melelahkan. Saya harus menghubungi satu persatu rektorat atau dekanat calon kampus tujuan untuk menanyakan apakah bisa defer atau tidak. Dalam mencari informasi, saya harus siap menjadi penanya yang dioper dari satu sambungan telpn ke sambungan telpn lain. Bukan sekedar melelahkan otot mulut untuk berbicara, juga memanaskan hati dan telinga. Akhirnya saya give up. Khusus bagian ini, mungkin saya saja yang kurang sabar.

Bagaimana jika kampus tujuannya di Luar Negeri (LN)? Saya pribadi tidak punya pengalaman bagaimana mendapatkan LoA unconditional dari kampus LN. Dari cerita beberapa teman, prosesnya hampir sama dengan DN. Dimulai dengan menghubungi calon supervisor, mendaftar di kampus tujuan, lalu ikut ujian masuk. Ada juga yang hanya diwawancarai oleh supervisor. Mengapa saya tidak mencoba? Saya tidak mampu melengkapi semua syarat yang diminta oleh LPDP dalam waktu 3 bulan.

Bagaimana dengan MEXT? Khusus untuk program yang saya ikuti, beasiswa dan kampus adalah paket combo, satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Ini lebih mudah untuk saya lakukan. Saya hanya perlu mengikuti satu petunjuk di bawah satu komando. Selain prosesnya lebih jelas dan sederhana, resiko rugi juga lebih rendah, karena saya tidak perlu mengeluarkan modal untuk mendaftar kampus dan beasiswa. Kok bisa? Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya hanya mengeluarkan uang untuk passport dan pengiriman dokumen. Hard dokumen baru saya kirim setelah 95% kelulusan beasiswa.

Kampus Tujuan
LPDP sangat mempatasi pilihan kampus, terutama kampus LN. Untuk Jepang, yang masuk list LPDP hanya University of Tokyo. Selain kampus ini, tidak akan diloloskan oleh LPDP. Selain kampus, bidang studi (fakultas dan jurusan) juga dibatasi oleh LPDP. Belum tentu semua jurusan yang ada di daftar kampus masuk list LPDP. Jadi harus dipastikan lagi sebelum mendaftar kampus dan mendaftar beasiswa. Bagaimana dengan MEXT? Tergantung pada program yang dipilih. Jika G to G, pendaftar boleh memilih kampus manapun di Jepang. Jika U to U, sistemnya adalah paket, beasiswa dan kampus sudah serangkai.

Fasilitas yang Diberikan
Ini adalah bagian paling sensitif untuk dibahas, uang. Secara nominal, tentu LPDP jauh lebih besar. Menurut aturan terakhir yang saya baca, untuk Jepang, LPDP memberikan uang saku (Living Allowance, LA) 170.000 Yen per bulan, jika kota tempat study adalah Tokyo dan 155.000 Yen untuk kota selain Tokyo. Ini belum termasuk uang kedatangan yang besarnya dua kali LA, tunjangan buku, tunjangan keluarga, asuransi kesehatan, dan dana penelitian. Setengah dari biaya kedatangan akan diberikan saat awardee masih di Indonesia, sisanya akan diberikan setelah awardee sampai di Jepang. Tentu sangat menggiurkan, apalagi jika kuliah di kota yang biaya hidupnya terbilang rendah seperti Sapporo. Namun saat ini, Hokkaido University sudah tidak masuk dalam list perguruan tinggi tujuan LPDP.

Bagaimana dengan MEXT? Besar beasiswa sama untuk semua tempat study di Jepang. Untuk S3, MEXT memberikan uang saku sebesar 145.000 Yen per bulan. Saat musim dingin, MEXT memberikan 148.000 Yen. Semua sudah include di sini. Tidak ada tunjangan keluarga, tunjangan buku, biaya kedatangan, asuransi kesehatan, dan dana penelitian. Untuk tiket penerbangan, yang ditanggung oleh MEXT adalah penerbangan internasional (sampai Tokyo). Sedangkan tiket penerbangan antar kota di Jepang ditanggung oleh penerima beasiswa. Sedangkan LPDP membayar penuh tiket penerbangan dari kota asal di Indonesia hingga kota tujuan di Jepang. Selain itu, uang saku baru diberikan setelah satu bulan di Jepang, setelah penerima beasiswa membuat rekening tabungan.

Jika begini, mengapa masih memilih MEXT? Rezeki manusia sudah Allah tetapkan lima puluh tahun sebelum alam semesta diciptakan. Apapun yang kita lakukan tidak akan mengubah nominal yang kita terima sejak kita lahir hingga kita mati. Tapi cara kita menjemput dan menikmati rezeki adalah penentu bertambah atau berkurangnya nilai kebaikan dari rezeki yang kita terima. Nominal bukan jaminan rezeki yang Allah titipkan akan mencukupi kebutuhan manusia. Ada manusia yang nominal pemasukannya besar, tapi masih tidak cukup karena berbagai macam hal, seperti harus berobat, membayar cicilan, menanggung biaya hidup anggota keluarga, atau hal lain yang tidak terduga. Sebaliknya, ada manusia yang pemasukannya tidak seberapa, tapi bisa menabung, sedekah, sekolah, dan membantu banyak orang. Rezeki bukan soal nominal, tapi berkah, apakah didapat dan digunakan dengan baik. Lebih penting lagi, rezeki bukan sekedar materi atau uang. Urusan yang Allah mudahkan, jasmani dan rohani yang sehat, keluarga yang rukun, serta teman-teman yang mengajak pada kebaikan juga termasuk rezeki. Sayangnya, semua ini sering lupa untuk disyukuri.

Tapi menenangkan hati tidak semudah itu, Ferguso! Kita butuh cara manusia agar bisa beriman pada takdir Tuhan. Saya juga berhitung. Semua dipertimbangkan, termasuk nominal uang jajan. Life Science Hokkaido University terletak di Sapporo, Hakodate. Menurut informasi dari pihak kampus, biaya hidup bulanan di Hokkaido University adalah 90.000 Yen. Saya juga bertanya pada teman-teman yang lebih dulu kuliah di sana. Jawaban mereka sama, biaya hidup di Hokkaido University lebih murah dari informasi yang tersedia di website kampus. Artinya, dengan beasiswa MEXT saya masih bisa saving. Selain berhitung, saya juga meminta do'a serta saran dari keluarga dan teman-teman. Ada satu komentar yang membuat saya banyak merenung, "Melda, di dunia ini ada banyak orang bermimpi bisa menempuh pendidikan tinggi. Tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Sebagian karena tidak memiliki cukup uang. Sebagian karena tidak memiliki cukup ilmu. Kamu mungkin juga tidak memiliki keduanya, tapi Allah memberimu kesempatan. Apa yang kamu dapatkan mungkin belum membuatmu puas, tapi itu adalah angan-angan dalam hidup orang lain."

Masa Studi
Masa studi untuk S3 yang diberikan oleh LPDP dan MEXT juga berbeda, 4 tahun untuk LPDP dan 3 tahun untuk MEXT. Buat saya, ini adalah motivasi agar tidak lalai. Jika kita bersungguh-sungguh pada sesuatu, maka Allah akan membantu kita untuk mewujudkannya. Percaya diri adalah langkah awal. Setelahnya, harus ada usaha dan do'a yang maksimal. Jika kita sendiri tidak percaya dengan kemampuan yang kita miliki, bagaimana kita akan meminta orang lain untuk percaya? Jangan mudah terindimidasi oleh kelebihan orang lain. Setiap kita memiliki sumber cahaya. Kita bebas memilih untuk meniupnya agar menyala atau padam. Tiuplah dengan baik agar orang lain bisa melihat cahaya kita. Bukan hanya melihat, tapi turut merasakan kehangatannya. Tapi jangan berlebihan. Energi yang berlebih akan membuat gerah orang di sekitar. Bagaimana jika kurang? Kita akan menjadi invisible, tak kasat mata, tak terasa oleh indra. 

* Berarti Melda udah mantap memilih kuliah dengan MEXT? Saya tidak bisa menjawab YA atau TIDAK. Mohon do'akan yang terbaik untuk saya dan keluarga. Tanggal 6 Juli nanti, saya akan mendaftar ke Division of Soft Matter, Graduate School of Life Science, Hokkaido University. Mohon do'a dari teman-teman agar urusan saya Allah mudahkan. Hal yang sama juga saya minta kepada Allah untuk teman-teman yang membaca. Sampai jumpa lagi di cerita saya selanjutnya.     

**Additional point of view (dari beberapa teman dan dosen, tapi bukan dosen pembimbing saya, hehe): LPDP itu berasal dari uang rakyat (pajak yang kemudian dikelola dalam bentuk dana abadi). Jika kita memilih LPDP, maka saat kita belajar di LN, kita membelanjakan rupiah untuk menyejahterakan kampus dan warga negara lain. Sedangkan di negara kita sendiri, pendidikan masih bermasalah. Banyak anak-anak dari keluarga miskin yang putus sekolah. Akan lebih baik jika uang negara diprioritaskan untuk memperbaiki pendidikan DN. Jika mau sekolah di LN, silahkan dengan uang sendiri atau cari beasiswa dari negara tersebut. Mungkin ini juga menjadi pertimbangan mengapa LPDP sangat membatasi kampus tujuan LN karena menguliahkan satu orang di LN sama dengan menguliahkan banyak orang di kampus DN.  
   

Tidak ada komentar: