Perpisahan adalah hal yang pasti terjadi dalam setiap kehidupan. Jumat, 19 Februari 2016 adalah waktu terakhirku belajar di kelas PB (Pengayaan Bahasa) di ITB, program beasiswa LPDP. Delapan puluh satu hari telah berlalu. Ini kelas terakhirku bersama teman-teman dan guru-guru yang luar biasa. Kelas terakhir selalu mendatangkan perasaan bahagia sekaligus haru. Kelas terakhir adalah isyarat bahwa cerita ini perlahan tapi pasti akan terhenti.
Sepertinya semua kisah akan berakhir sama seperti sebelumnya. Kita lulus SD, SMP, melepas seragam putih abu-abu, lalu melempar toga bersama. Di masa itu kita berjanji bahwa kita akan selalu berbagi, komunikasi tiada henti. Apalagi saat ini, dunia sudah terlalu canggih hingga kita bisa menyapa teman dari mana saja. Whatsapp, line, wechat, dan sejenisnya tak mampu membuat kita terus bersama. Itu hanya janji saat kita merasa haru ketika harus pergi ke jalan masing-masing. Esoknya, kita mulai malas untuk saling bertanya kabar. Tak ada yang salah di antara kita, mungkin memang begitu seharusnya. Perbedaan ruang dan waktu membuat kita tak lagi punya perbincangan menarik seperti saat kita bersama. Grup komunikasi online kita masih ada, tapi tak bernyawa. Sesekali ia hidup saat ada yang ulang tahun atau sharing info satu sama lain. Lalu ia kembali mati karena tak ada yang menanggapi. Kita mendadak malas bicara, hanya menjawab seperlunya. Pemberian emoticon pun dihemat sebisanya. Aku berdo'a semoga hal ini tidak terjadi bersama kita.
Kelas terakhir mengingatkanku bagaimana pertemuan kita pertama kali. Formasi duduk yang sama, lingkaran. Aku selalu duduk di sudut, bagian depan kelas. Posisiku tepat di samping dispenser, benda paling populer di kelas kita. Kita pasti sama-sama mengerti mengapa dispenser dan tabung air itu selalu menarik perhatian kita. Tentu saja karena air gratis yang kita ambil dari sana, selain di Masjid Salman tentunya.
Di posisi yang sama tiga bulan lalu, aku berjuang menghafal nama kalian satu persatu, lengkap dengan asal daerah masing-masing. Butuh waktu sekitar dua minggu untuk bisa memanggil kalian tanpa tertukar satu sama lain. Tentu saja kalian paham dengan sistem kerja memoriku. Aku tersesat di hari kedua kita belajar, aku lupa bagaimana diri sendiri saat perkenalan, terkadang aku lupa tempat meletakkan suatu barang lalu mengkambing hitamkan kalian sebagai peminjam. Hari ini, di kelas terakhir, aku ingat semua tentang kalian. Lengkap dengan kebiasaan unik masing-masing.
Hari pertama pertemuan di kelas PB, aku sempat khawatir. Takut kita tidak bisa menjadi teman. Bayanganku salah besar. Kita menjadi dekat dalam beberapa hari. Perbedaan dialek dan tata bahasa membuat kita akrab begitu saja. Kita berbagi segalanya. Saling membelikan makanan, hunting kuliner dan shoping bersama, nonton bareng, liburan bareng, berbagi mimpi dan cerita masa lalu, diskusi apa saja (cinta, jodoh, sains, masalah pribadi, hingga hal-hal yang sama sekali tidak jelas esensialnya buat kita), saling bully satu sama lain, canda, tawa, dan ejekan membuat batas antara kita melebur dalam keakraban.
Kelas terakhir membuat haru. Aku senang mengingat sebentar lagi kita pulang. Di lain sisi aku sedih, terlalu singkat bersama kalian. Kita terlanjur saling menyayangi satu sama lain. Tentu saja dalam konteks pertemanan. Selamat Bertemu Teman, tentunya di lain kesempatan. Semoga Allah kembali mempertemukan kita dalam kebaikan, amin. Terimakasih sudah menjadi salah satu mozaik hidupku. Karena kalian, ceritaku lebih indah.....
Bersama Ms. Vani (Belakang, enam dari kiri) |
- Asma (Depok) : rajin banget, suka jalan sendiri, ga banyak ngomong, pengetahuan agamanya luas banget (terutama ekonomi syariah)
- Ika (Makasar) : pelupa, kalau sama kita childish banget, pengen nikah tapi belum kesampaian, pelupanya tingkat akut, suka ga bawa uang, menu favoritnya semua yang ber-mecin, ga suka sayur, musuh makanan sehat, penggemar junkfood, anak matematika yang susah KABUTAKU
- Eka (Lombok) : pintar nyanyi, ga suka ribet pake jilbab, kalo makan nasi kuning ga pake bawang goreng, kalau udah sakit diam seribu bahasa di kelas, ahli LDR sepertinya
- Ratih (Purbalingga) : tulisannya puitis dan bagus banget, punya banyak buku bagus, ngomongnya ekspresif, aku fans blog-mu Ratih
- Melinda (Padang) : jahilnya kelewatan (suka memBULY), aware banget sama penampilannya, suka bergantung sama teman, belajarnya terstruktur, peduli banget sama dokumentasi
- Ms. Vani : teacher kelas writing kita, sangat anggun dan cantik banget, sering nasehati kita tentang jodoh dan masa depan, maafkan kita Ms. yang sering malas dan nyari-nyari alasan buat bolos dari kelas
- Kus (Jember) : rajin banget belajar, management uang kelas (dia bendahara kita), so wise menyediakan permen sama tisu buat kelas, mentalnya berani banget buat keputusan untuk nikah (muda tapi dewasa), ceria, dan cerewet
- Sri (Padang) : rempong, semangat, bakalan gaduh jika ga ikut belajar kelompok, kalo nanya rumit banget (soal nya dia detail orangnya)
- Idah (Makasar) : pendiam, anggun, selalu ngalah, kalau belanja banyak banget (titipan orang katanya), wanita idaman Anggra (Pisss....)
- Cintya (Banyuwangi) : the beautiful moon (jangan sampe ga pake THE katanya), syera, kerupuk mania, suka banget sama telur, suka cerita mantan sama kita, jiwa pemimpinnya tinggi banget, terus suka kepikiran sama tanggapan orang lain
- Ade (Lombok) : punya dunia sendiri, kalau makan lama banget (soal nya sambil nelpn mulu sih), terjebak di Jurusan Bahasa Inggris dan ga bisa keluar lagi, diam tapi aktif organisasi
- Mba Neni (Jember) : dewasa yang anggun dan cantik, atletis, bijaksana, ahlinya ta'aruf, listening nya jago banget, perhatian banget sama Jembernese yang lain (mengayomi)
- Mentari (Bengkulu) : semangat banget kalo belajar, competitor dengan diri sendiri, suka debat sama sri, kalo beli hijab rempong banget, terkadang ia menyukai hal-hal yang tak kuduga (serial korea, novel asma nadia, fans berat Morgan Smash)
- Mita (Magelang) : tempat curhat semua permasalahan kita, andalan buat nawar barang saat belanja, pembalap, mengayomi, baik banget, gagal diet, hati-hati ngomong sama dia (takut diinterogasi pertanyaan)
- Mba Fitri (Jember) : pendiam, ikhlas banget orangnya, santai, tenang, suka kehilangan barang, ga bisa move on dari TV
- Kennis (Jember) : suka nanya hal-hal di luar pikiran kita, suka keceplosan, bahasanya lucu, kalo ketawa cetar membahana, gagal move on, lagunya baper semua
- Alim (Tuban) : tomboi, tempat nitip nasi uduk, dekat dengan Ratih, otak kiri-kanan nya seimbang, anak alam banget
- Ma'ruf (Aceh) : dewasa, ga banyak ngomong, sekali ngomong langsung ngena, terkadang dia suka membuat kita terpingkal-pingkal, penunjuk arah yang benar saat kita udah gila, kalau lapar gemetaran
- Rozi (Lombok) : jago banget structure nya, ga pernah bosan makan nasi kuning (tiap hari nitip soalnya, naskun pake telor kecap bulat), sering nimbrung obrolan cewek saat istirahat siang di kelas, selalu ada buat ade dan eka
- Mas Dedi (Jember) : istri kedua mas Anca, jarang ngomong tapi lucu, so sweet banget sama kembarannya, british banget kalo ngomong, malu-malu jika diBULY, sepertinya dia mulai bisa memBULY
- Mas Anca (Sulawasi) : Bugis, tata bahasanya beda dari kita, ketua kelas yang sering diatur sama kita, selalu bareng sama mas Dedi
- Anggra (Makasar) : sering baper masalah nikah, vokalis band, artis di kelas kita, suka telat masuk kelas, suka kelaparan, istri impiannya kayak Idah, dokumenter kegiatan kita
- Fauzi (Makasar) : baik dan perhatian tapi sering egois, ngomong apa adanya, terkadang buat kita kesal karena sifat keras kepalanya, detail banget sama sesuatu (apalagi kebersihannya, partikel debu aja bisa kelihatan sama dia)
7 komentar:
Thumbs up mel :)
Bagus banget. Dannn semoga kita ga seperti itu ya, udah malas berkomunikasi kalo jauh
Amin,,,semoga ukhuwah kita selalu terjaga
Terimakasih... Melda.
Buagus... banget tulisannya.
Thank you.
Semoga kita dapat saling mengingat dan saling menyebutkan nama dalam doa.
Terima kasih Mel, anak sains yang jago nulis, kece !
Uaapiiik
Uaapiiik
Hanya jago nulis curhat ozi,hahaha
Posting Komentar