Tumis bayam merah
Kali ini saya akan bercerita bagaimana masakan Mamak. Mamak senang sekali melakukan improvisasi dalam setiap masakannya. Jangan harap kita bisa merasakan rasa yang sama untuk satu jenis menu makanan karena Mamak selalu menambahkan atau mengurangi sesuatu dalam masakannya. Suatu hari Mamak masak lontong gulai kacang panjang. Enak sekali. Satu keluarga kami sepakat bahwa itu adalah lontong paling nikmat yang pernah kami makan. Besoknya, kami meminta Mamak membuatnya kembali. Rasanya sama sekali berbeda dan Mamak tidak tahu penyebabnya. Yup, begitulah Mamak, dengan hobinya membuat berbagai jenis makanan dan hobinya mengubah takaran bumbu dalam setiap hidangan. But, we do love her and her creativity.
Tak bisa dipungkiri, kreativitas saya dalam melakukan eksperimen di laboratorium atau di dapur sedikit banyaknya adalah warisan Mamak. Kebiasaan Mamak yang senang membuat berbagai jenis makanan walaupun rasanya tidak bisa dipastikan menginspirasi saya bahwa masak bukan hanya soal menghemat pengeluaran dapur atau solusi agar anggota keluarga tidak jajan di luar. Namun lebih dari itu, bentuk cinta seorang wanita untuk suami dan anak-anaknya. Mamak rela bangun lebih pagi untuk menghidangkan pisang goreng. Mamak tidur lebih malam demi membuat ketupat sepulut (ketan). Oh ya, soal rasa, ketupat sepulut Mamak tiada banding dan rasanya stabil setiap kali Mamak membuatnya. Mamak memilih tidak tidur siang karena sibuk membulatkan bolu goreng. Mamak lebih senang di dapur daripada berkumpul bersama ibu-ibu tetangga di beranda. Maka tak heran, jika Mamak begitu tidak update soal gosip di lingkungan sekitar. Bahkan, menonton televisi saja Mamak jarang.
Salah satu masakan Mamak yang selalu mantap adalah sayur. Entah bagaimana, setiap jenis sayur yang Mamak masak pasti enak. Padahal Mamak adalah anti-penyedap, termasuk semua jenis kaldu instan. Sayur Mamak selalu pas matangnya dan pas garamnya. Hingga saat ini, saya belum pernah merasakan sayur yang lebih enak dari sayur buatan Mamak. Salah satu sayur favorit saya adalah sayur bayam, terutama bayam merah. Biasanya, Mamak mencampur bayam merah bersama tahu putih dan tauge. Mantap sekali. Tanpa ditemani lauk lain, saya sudah bisa makan dengan lahap. Apalagi jika bayam yang digunakan baru dipetik, alias masih segar.
Saya mencoba membuat sayur bayam yang rasanya mirip dengan sayur bayam buatan Mamak. Saya menggunakan bawang merah, bawang putih, garam, dan gula pasir. Saya memantau kematangan bayam dengan sangat cermat karena jika bayam terlalu matang atau kurang matang rasanya tidak akan sama dengan sayur bayam buatan Mamak. Soal aroma, tentu saja saya tidak bisa menyamai Mamak, karena Mamak biasa masak menggunakan kayu bakar dari pohon karet yang sudah mati. Oh ya, satu lagi, Mamak takut menggunakan gas. Percaya atau tidak, di rumah kami hanya ada kompor minyak tanah. Sedangkan di kos, saya masak dengan kompor induksi. Tentu saja rasa dan aromanya sedikit berbeda. Setidaknya, sayur bayam yang saya buat ini bisa menjadi solusi saat saya merindukan masakan Mamak yang dibuat di atas tungku bata merah di belakang dapur kami di kampung. Oh, how blessed I am!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar